Kualitas Udara Buruk Picu Pasien ISPA Membludak
Menkes Wanti-wanti, Tagihan BPJS Bengkak
JAKARTA - Kualitas udara di Jakarta yang memburuk menyebabkan sekitar 200 ribu orang mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, pasien yang mengalami sakit pernapasan tersebut meningkat hingga empat kali lipat dibandingkan sebelum pandemi.
“Di Jakarta sebelum pandemi Covid-19, sekitar 50 ribu orang mengalami penyakit pernapasan, sekarang naik hingga 200 ribuan kasus. Itu akibat dari polusi udara ini,” ungkap Budi usai acara ASEAN Finance-Health Minister Meeting (AFHMM) 2023 di Jakarta, kemarin.
Eks Direktur Utama PT Inalum (Persero) ini mewanti-wanti, lonjakan pasien ISPA bisa menyebabkan bengkaknya klaim BPJS Kesehatan di setiap rumah sakit.
Budi mengatakan, berdasarkan data tahun lalu saja, polusi udara yang bisa menyebabkan berbagai penyakit pernapasan mulai dari kanker paru-paru, TBC, asma, paru obstruksi kronis serta pneumonia, klaim BPJS Kesehatan tembus Rp 10 triliun.
“Pasti tahun ini kalau lebih banyak yang kena, akan naik klaim BPJS Kesehatan,” bebernya.
Budi mengaku, tak dapat berbuat banyak dalam mengurangi emisi yang menyebabkan masalah kesehatan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hanya dapat merespons dampak yang ditimbulkan oleh polusi udara.
Dia pun meminta semua pihak yang memiliki andil menghasilkan emisi, seperti sektor energi dan transportasi, mencari jalan untuk mengurangi emisi karbon.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti memastikan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meng-cover penyakit yang terkait dengan polusi udara.
Salah satu penyakit yang kerap kali dikaitkan sebagai dampak polusi udara yakni, ISPA.
Tentu melindungi meski tidak semata-mata hanya karena polusi udara, tapi bisa terkait polusi udara seperti ISPA, asma, penyakit paru obstruktif kronik, dan alergi,” bebernya.
Ghufron mengatakan, klaim penyakit terkait dengan polusi udara sebenarnya cukup banyak, namun belum masuk daftar penyakit penyebab biaya katastropik atau terbesar.
Adapun, delapan penyakit dengan biaya terbesar yakni, sirosis hati, gagal ginjal, hemofilia, leukimia, jantung, stroke dan talasemia.
Delapan penyakit tersebut paling menguras kantong BPJS Kesehatan hingga Rp 24,05 triliun sepanjang 2022, dengan total kasus 2,98 juta.
Dokter spesialis paru Feni Fitriani Taufik menjelaskan, dampak yang disebabkan oleh polusi udara, yakni penyakit jantung, gangguan fungsi paru-paru, hingga kematian.
Feni mengatakan, sebanyak 7 juta kematian di dunia dikaitkan dengan polusi udara. Sebanyak dua juta di antaranya berasal dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Gas-gas yang menjadi sumber polusi udara, itu sebagian besar berasal dari transportasi. Kecuali yang sulfur dioksida (SO2) dari industri hampir 62 persen,” jelasnya.
Untuk diketahui, data dari IQAir, polusi udara menyebabkan 8.100 kematian di Jakarta selama 2023 dan membawa kerugian sekitar Rp 32,09 triliun.
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu