TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Kualitas Udara Dan Harga Beras

Oleh: Supratman
Kamis, 14 September 2023 | 08:00 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

SERPONG - Kualitas udara Jakarta membaik. Isu ini pelan-pelan mulai menghilang. Tilang untuk kendaraan yang tidak lolos uji emisi, juga sudah dihentikan. Apakah akan “panas-panas tai ayam”?

Di Indonesia, usia suatu isu biasanya tak terlalu lama. Sekitar seminggu. Begitu kata seorang pakar Humas. Isu tersebut ada yang hilang sendiri, ada yang diredam. Setelah menghilang, muncul isu baru lagi. Begitu siklusnya.

Karena tak berlangsung lama, penanganannya pun tak berkelanjutan. Seringkali hanya tambal sulam. Tak menyentuh sampai akarnya.

Sekarang misalnya, harga-harga sedang melambung, terutama harga beras. Para pedagang menyebutnya bukan kenaikan harga tapi “ganti harga” saking tingginya kenaikan tersebut.

Kenaikan harga (termasuk beras) bukanlah isu baru. Selalu muncul. Timbul tenggelam. Sama seperti kenaikan harga kedelai, tahu, tempe, minyak goreng, kampanye penggunaan produk dalam negeri, pemberantasan korupsi, perbaikan lembaga hukum, dan sebagainya.

Semua pemerintahan, termasuk para capres atau parpol-parpol yang ikut Pemilu 2024, menjanjikan harga-harga akan dikendalikan. Tapi, masalah harga-harga tak sepenuhnya bisa dikontrol.

Awal tahun ini (31/1/23) misalnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso melapor ke Presiden Joko Widodo di Istana Negara Kepresidenan soal adanya mafia beras.

Apakah ini sudah ditangani? Kalau belum, apakah ada saluran yang mampet di tengah atau di bawah?

Jangan sampai ada kesan, pemerintah kalah, atau tidak mampu mengontrol. Apalagi yang berhubungan dengan perut rakyat. Sangat sensitif.

Itulah mengapa sebuah kebijakan atau penanganan satu kasus tidak “panas-panas tai ayam”. Jangan hanya berkobar-kobar ketika mendapat sorotan publik. Semangatnya harus terjaga. Berkelanjutan. Sustainable.

Ini perlu diingatkan karena banyak kasus “panas-panas tai ayam” yang hebohnya cuma sebentar. Kasus-kasus tersebut biasanya selalu disertai kalimat “mari kita jadikan kasus ini sebagai momentum perbaikan”. Namun, setelah beberapa bulan, kembali “normal” lagi.

Sekarang misalnya, ketika kualitas udara di Jakarta mulai membaik, apakah penanganannya akan kembali kendor?

Untuk harga beras. Kalau Menteri menjanjikan harga beras akan turun seminggu lagi, apakah kebijakan pengendaliannya bisa konsisten dan berkelanjutan?

Itulah mengapa, bangsa ini perlu menghapus kebiasaan “panas-panas tai ayam”.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo