Putin-Kim Bahas Kerja Sama Militer, PBB Didesak Jatuhkan Sanksi Ke Korut Rusia
SEOUL, Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) memprotes kerja sama militer antara Korea Utara (Korut) dan Rusia. Keduanya akan menentukan respons tegas terhadap kebijakan Moskow dan Pyongyang.
Dalam pertemuan di Seoul, Korsel, kemarin, para diplomat senior serta pejabat pertahanan Korsel danAS sepakat bahwa kerja sama militer antara Korut dan Rusia melanggar resolusi PBB. Para pejabat tersebut juga mendesak Rusia sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB bertanggung jawab.
"Kami sepakat bekerja sama untuk memastikan ada harga yang harus dibayar atas pelanggaran berat terhadap resolusi Dewan Keamanan,” kata Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Korsel, Chang Ho Jin, dikutip dari Reuters, Jumat (15/9).
Chang dan Wamenlu AS Bonnie Jenkins juga mengatakan, penggunaan senjata nuklir oleh Korut untuk menyerang Korsel akan dibalas. Hal senada disampaikan Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) AS, Sasha Baker. Dia mengatakan, negara sekutu akan mengidentifikasi, mengungkap, dan melawan upaya Rusia memperoleh peralatan militer untuk perang di Ukraina.
Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong Un berkunjung ke Rusia sejak awal pekan ini untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kedua pemimpin membahas kerja sama militer, perang di Ukraina, dan bantuan Rusia untuk program satelit Korut.
Kim Jong Un masih melanjutkan kunjungannya di Rusia. Kemarin, Kim berkunjung ke Komsomolsk-on-Amur, melihat pabrik yang memproduksi jet temput canggih Rusia Sukhoi Su-35 dan Su-57.
Dalam sebuah video yang dibagikan Kantor Berita Rusia, RIA Novosti, kereta lapis baja yang membawa Kim, tampak tiba di stasiun di kota tersebut. Tak lama berselang, Kim keluar dari stasiun, bersama dengan iring-iringan beberapa kendaraan. Pejabat lokal Rusia mengatakan, iring-iringan itu menuju pabrik Sukhoi.
“Selanjutnya, dia ke Vladivostok melihat armada Pasifik Rusia, berkunjung ke universitas dan fasilitas lainnya,” jelas Putin kepada media Rusia, dilansir Associated Press, kemarin.
Sejumlah pengamat meyakini, di balik kunjungan Kim, ada kesepakatan, Rusia mendapat bantuan amunisi dari Korut. Lalu sebaliknya, Kim mendapatkan sejumlah bantuan untuk memodernisasi Angkatan Udara dan Angkatan Laut, yang saat ini masih di bawah tetangga mereka, Korsel.
Direktur Proyek Korea di Belfer Center di Harvard Kennedy School, AS John Park mengatakan, pertemuan Putin dengan Kim dimanfaatkan Rusia untuk fokus pada peluru artileri dan peluncur roket ganda untuk digunakan di medan perang.
“Itu adalah senjata yang bisa langsung digunakan dalam perang di Ukraina,” jelas Park.
Saat Rusia dan Ukraina terlibat dalam perang yang mungkin akan berlangsung lama, lanjutnya, amunisi Korut bisa memberikan bantuan penting kepada Moskow. Karenanya, pada saat yang sama, Rusia juga sedang mencoba meningkatkan produksi senjata dalam negerinya. Korut juga dapat meningkatkan produksi amunisinya atas perintah Rusia.
“Ini adalah manfaat langsung dari persediaan yang ada dan juga potensi untuk meningkatkan sisi produksi jika mereka ingin menuju ke arah tersebut,” kata Park.
Pakar keamanan di Institut Studi Kebijakan Asan, Seoul University, Uk Yang, mencatat, selain persenjataan rancangan Soviet, Korut juga bisa berbagi beberapa peralatan militer terbarunya. Di tengah ketegangan dengan Korsel, Pyongyang sangat bergantung pada artileri dan mengembangkan sistem jarak jauh yang dapat menambah kemampuan yang tidak dimiliki Moskow.
"Selain sekadar mentransfer amunisi, ada juga kemungkinan kuat bahwa Korut akan bersedia memberi Rusia beberapa sistem senjata canggih yang mereka kembangkan dan secara terbuka dibanggakan akan digunakan dalam perang di Ukraina,” kata Yang.
Sementara Putin tidak peduli dengan pandangan Barat terkait pertemuannya dengan Kim. Direktur Program Rusia dan Eurasia di Chatham House, yang berbasis di London James Nixey mengatakan, bagi Rusia, tujuannya hanyalah untuk menghalalkan segala cara.
“Sangat nyaman dengan aliansi dalam bentuk apa pun selama mereka memenuhi kepentingan nasional Rusia,” kata Nixey.
Sebagai informasi, Korut mengandalkan senjata rancangan Soviet sejak Perang Korea tahun 1950-1953. Mereka disebut memiliki persediaan amunisi terbesar di dunia, dengan perkiraan puluhan juta peluru artileri dan roket. Sementara Rusia sangat ingin memanfaatkan senjata tersebut, setelah menghabiskan cadangan senjata dan amunisinya dalam perang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 7 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Galeri | 17 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu