Prabowo Enggan Refleksi Diri Di Depan Cermin, Ini Analisis Psikolog
YOGYAKARTA - Bakal calon presiden (capres) dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto menjadi sorotan, usai tampil dalam acara "3 Bacapres Bicara Gagasan", di Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (19/9).
Ini terjadi ketika pembawa acara Najwa Shihab meminta para bakal capres untuk melakukan refleksi diri di depan cermin besar.
Anies Baswedan mengikuti instruksi dengan bercerita tentang pesan senada yang disampaikan oleh ibunya.
Demikian juga Ganjar Pranowo, yang mengingatkan dirinya atas pesan mendiang orangtua agar melaksanakan amanat dengan baik dan tidak korupsi.
Sementara Prabowo, enggan berbicara di depan cermin tersebut. Ketua Umum Partai Gerindra itu hanya memberikan gestur hormat ketika berdiri di hadapan cermin besar yang sudah disediakan itu.
Psikolog Hanna Rahmi menilai, sikap Prabowo tersebut menunjukkan kecenderungan penyangkalan, atau istilah umumnya, denial.
Hanna menduga, ketika melihat pantulan diri, Prabowo punya ketakutan gagal seperti sebelumnya.
Kita lihat kalau dari beberapa kali kegagalannya gitu, ada kecenderungannya untuk denial," ucap Hanna, Kamis (21/9).
"Jadi kekhawatiran dia untuk dikatakan gagal. Jadi kalau misalnya gagal, dia nggak ingin melihat apa yang menjadi faktor kegagalanku, nah itu ada yang kecenderungannya seperti itu,” sambung akademisi Universitas Bhayangkara ini.
Berada di tengah dua bakal capres yang jauh lebih muda, menurut Hanna, juga mempengaruhi sikap Prabowo.
Pada acara malam itu, Hanna melihat Prabowo tampak ingin memperlihatkan kesan yang sama dengan bakal capres lain.
Namun demikian, lanjut Hanna, Prabowo justru menunjukkan sisi atau karakternya yang tertutup dan memiliki batasan kuat. Hanna mencontohkan saat pembahasan data kekayaan Prabowo.
"Paling kaya tentu karena sudah paling senior. Tapi kemudian ada yang bagian di-reject (ditolak) dan ingin dipercepat. Ada satu kekhawatiran ‘jangan-jangan ini kaya dari sesuatu’ itu (Prabowo) punya kekhawatiran seperti itu,” jelasnya
Tak hanya denial, kata Hanna, Prabowo juga menunjukkan sikap blocking dan boundaries atas dirinya.
“Dia menutupi. Jadi jangan sampai orang itu tahu apa yang menjadi kekurangan, kelemahan. Orang dengan karakter seperti itu dia cenderung, 'ya sudah pokoknya saya bantu, tapi nggak perlu tahu bantuannya apa dari mana'. Dia punya kekhawatiran, jadi dia sudah menganulir sehingga nggak perlu sampai ke dalam sana,” tandasnya.
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pendidikan | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu