PDIP Dan Gerindra Tanggapi Dingin
Pintu Duet Prabowo-Ganjar Masih Terbuka, Tapi Kecil
JAKARTA - PDIP dan Gerindra menanggapi dingin wacana menduetkan Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo sebagai pasangan Capres-Cawapres. Alasannya, kedua partai ini, sejak awal mengusung Prabowo maupun Ganjar sebagai Capres, bukan Cawapres. Namun, karena politik masih cair dan dinamis, pintu untuk Prabowo-Ganjar berduet masih terbuka, meskipun peluangnya kecil.
Dimulai dari PDIP sebagai parpol yang telah mendeklarasikan Ganjar sebagai Capres. Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengaku, belum bisa memastikan apakah keduanya bisa berjodoh. Puan meminta publik bersabar. Dinamika perpolitikan akan ditentukan dalam satu bulan ke depan.
"Ya kita lihat lagi. Semua partai kan punya kalkulasi," kata Puan, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Namun, Ketua DPR itu tak menampik, selama ini dirinya masih menjalin komunikasi dengan Gerindra. Misalnya, berkomunikasi dengan Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad. Tak hanya dengan Gerindra, Puan bilang hubungannya dengan Sekjen Golkar Lodewijk F Paulus masih baik. Meskipun diketahui, Lodewijk bersama Golkar sudah deklarasi mendukung Prabowo sebagai Capres.
Puan lantas membuka peluang, kalau ke depan bisa saja Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bertemu dengan Prabowo. Apalagi, Puan juga cukup sering berkomunikasi dengan Prabowo.
"Bisa aja, saya sering ketemu Mas Prabowo. Kemarin, juga ketemu di acara NU (Nahdlatul Ulama)," ujar Puan.
Hal senada disampaikan DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi, Djarot Syaiful Hidayat. Menurut Djarot, wacana mengawinkan Prabowo dengan Ganjar bisa saja terjadi, meskipun peluangnya kecil.
"Semua kemungkinan masih bisa, ya kan, semua kemungkinan bisa," ucap Djarot, di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Menurut Djarot, yang sulit terjadi itu jika Pilpres hanya diikuti satu pasangan calon. "Yang sulit itu adalah satu poros dan empat poros, nah itu sulit," tambahnya.
Sementara Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto enggan berandai-andai bisa menjodohkan Ganjar dengan Prabowo. Hasto bilang, Cawapres pendamping Ganjar telah dilakukan kajian secara mendalam oleh Mega. Termasuk melakukan dialog dengan para ketum parpol pendukung, Presiden Jokowi, dan berkontemplasi memohon petunjuk Allah SWT.
Sehingga nanti yang akan diputuskan adalah yang terbaik," jelas Hasto, di Bogor, Jawa Barat, Kamis (21/9/2023).
Dia menegaskan, Cawapres pendamping Ganjar tidak boleh ambisius. Tidak genit terhadap aspek elektoral. "Terpenting adalah komitmen, tanggung jawab bagi masa depan bangsa dan negara. Dan itu jauh lebih penting dari pada kepentingan sempit hanya sekadar menang Pemilu," tegas Hasto.
Di kesempatan terpisah, Gerindra rupanya ogah menjodohkan Prabowo dengan Ganjar. Gerindra mengaku belum kepikiran soal rencana bersatu dengan PDIP, dengan komposisi Prabowo Capres, Ganjar sebagai Cawapres.
"Kalau pertanyaannya tadi mungkin atau enggak mungkin, justru saya belum kepikiran sampai di situ tadinya. Sampai dengan teman-teman media nanya ya jawab saya itu tadi," tandas Ketua Harian DPP Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, Kamis (21/9/2023).
Kendati demikian, Wakil Ketua DPR itu mengaku masih ada waktu untuk menggodok pasangan yang layak mendampingi Prabowo. "Amanat Rapimnas Gerindra serta pengukuhan dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), posisi Pak Prabowo adalah Capres," imbuhnya.
Terpisah, Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menilai duet Ganjar-Prabowo bisa terjadi. Sebab, gabungan parpol pendukung Ganjar dan Prabowo telah melewati syarat ambang batas pencalonan presiden 20 persen.
"Gabungan PDIP-Gerindra lebih dari 20 persen. Kalau keduanya gabung, ya secara teknis UU berkaitan jumlah kursi, sudah jauh lebih besar," jelas Qodari kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group), Kamis (21/9/2023).
Kemudian dari jumlah pemilih, keduanya juga kuat. Artinya jika Ganjar dan Prabowo dijodohkan, kata Qodari, sulit ada tandingannya. "Berdasarkan survei hari ini, Ganjar dan Prabowo kan kejar kejaran di nomor 1 dan 2. Jadi bayangkan kalau nomor 1 dan 2 gabung, tentu suaranya akan sangat-sangat besar," sambungnya.
Selain itu, faktor yang menyebabkan keduanya bisa berduet lantaran sepakat akan melanjutkan program pemerintahan Jokowi. "Karena ketiga Capres yang ada, temanya keberlanjutan. Hanya siapa yang dianggap lebih berani atau mewakili keberlanjutan Pak Jokowi. Jadi secara paradigma keduanya bisa ketemu," terang dia.
Lantas, siapa Capres dan siapa yang ang lebih layak menjadi Cawapres? Qodari bilang, jawaban itu ada di tangan Mega. Apa Mega bersedia menurunkan standar Ganjar dari Capres menjadi Cawapres. "Bolanya di Ganjar dan Mega. Mau nggak jadi Cawapres Prabowo," tukas Qodari.
Menurut Qodari, sulit menggeser posisi Prabowo dari Capres menjadi Cawapres. Sebab, berdasarkan hasil survei hari-hari ini, Prabowo selalu unggul dari Ganjar. "Lawan Jokowi aja di Pilpres 2014 dan 2019 yang jelas selisih suaranya jauh, dia berani. Apalagi sekarang yang peluang menangnya lebih besar," pungkas dia.
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pendidikan | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 10 jam yang lalu