Anies Dipuji Tak Terbang, Dicaci Pantang Tumbang
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mendapat sentimen negatif paling tinggi di media sosial, di antara deretan tokoh yang ramai di bursa pemilihan presiden (Pilpres). Dampak positifnya, nama Anies makin populer.
Namun, sentimen negatif ini kudu dapat dikonversikan menjadi simpati yang berimbas pada efek elektoral.
Demikian saran Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah. Dia bilang, sentimen negatif yang terpantau di percakapan media sosial, adalah bukti popularitas Anies dominan di antara tokoh lainnya.
Tokoh yang mendapat peperangan opini di publik seperti Anies menunjukkan preferensi publik telah mengerucut. Dengan popularitas yang tinggi ini, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu bisa membalikkan sentimen negatif kepada sentimen positif yang menguntungkan.
“Apalagi jika sentimen negatif ini hanya propaganda tak berdasar,” ucapnya.
Sejauh ini, dampak media sosial hanya sebatas propaganda. Tidak berdampak signifikan pada elektoral. Dedi mencontohkan Pemilu 2019, banyak serangan publik mengarah ke pribadi Presiden Jokowi.
Namun, secara elektabilitas, serangan itu mentah dan Jokowi terpilih kembali sebagai pemenang.
“Kurang massif apa sentimen negatif kepada Jokowi. Mungkin, opini dan sentimen di media sosial jadi pertimbangan partai politik untuk memilih. Tetapi bukan jadi acuan utama,” ungkapnya.
Dikatakan, politik saat ini adalah seni mengelola opini yang sedang berkembang. Anies dan pendukungnya disarankan tidak reaktif dan melawan opini negatif di media sosial.
“Jangan counter persepsi publik. Konsisten saja memposting aktivitas dengan elegan. Isu negatif, jawab seperlunya,” saran Dedi.
Sementara itu, relawan setia pendukung Anies dari Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI) tak ambil pusing dengan sentimen negatif kepada Anies di media sosial. Ketua Umum GPMI Syarief Hidayatullah menyebut, tudingan-tudingan kepada Anies tak mendasar.Kampanye negatif dan fitnah yang bertebaran di jagat maya terbantah dengan sendirinya.
“Soal kritik tak ada perubahandi DKI. Buktinya sudah banyak. Taman makin bagus, Sudirman tambah cantik, Jakarta International Stadium (JIS), gelaran internasional Formula E, dan banyak lagi,” sebut Syarief kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Soal tudingan Anies disokong kelompok ekstrimis radikal, juga tak terbukti. Kebijakan Anies di Jakarta sangat inklusif. Anies kerap datang ke berbagai acara lintas agama. Kepentingan semua agama diakomodir.
”Ini kan narasi yang terus dibangun pasukan buzzer di media sosial. Mas Anies meminta kami menanggapinya dengan bijaksana,” ujarnya.
Relawan pendukung Anies, tutur Syarief, diminta tidak membalas cacian dan makian. Kata dia, Anies dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang. “Bahkan kami GPMI mengapresiasi seluruh calon yang ada. Masing-masing punya prestasi dan kelebihan,” sebutnya.
Dia yakin, generasi milenial yang banyak bergelut dengan media sosial, tidak akan terpengaruh dengan sentimen negatif kepada Anies. Sebab mereka telah melek literasi dan dapat mengetahui apa yang sebenarnya, dan mana yang fitnah dan digerakkan buzzer.
“Kita malah senang kampanye negatif gencar. Anies ini semakin dibusukkan, semakin nanjak,”
Untuk diketahui, Lembaga Survei Jakarta (LSJ) menyebukan, Gubernur DKI Anies Baswedan mendapat sentimen negatif paling tinggi di media sosial. Sebaliknya, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto mendapat sentimen positif paling tinggi dari publik.
Sentimen negatif terhadap Anies mencapai 25,6 persen. Tokoh lain yang memperoleh sentimen negatif cukup signifikan yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebesar 18,3 persen.
“LSJ menilai sentimen negatif terhadap Anies dan Ganjar tergolong tinggi dikarenakan para pendukungnya saling serang opini di sosial media,” kata Direktur Riset LSJ Fetra Ardianto, saat memaparkan rilisnya, Minggu (24/7).
Kemudian berturut-turut diikuti Ketua Umum Partai Demokrat AHY 7,9 persen dan Ketua DPR Puan Maharani 5,7 persen. Sedangkan sentimen negatif terhadap Prabowo 0,8 persen, Sandiaga 0,7 persen, Airlangga 1,7 persen, dan Ridwan Kamil 2,4 persen.
LSJ juga merekam, Anies Baswedan memiliki tingkat percakapan yang tinggi di media sosial. Percakapan terkait Anies sebesar 88.419. Di tempat kedua diikuti oleh Puan dengan 72 ribu percakapan, Ganjar 65 ribu percakapan dan Prabowo 62 ribu. (rm.id)
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Galeri | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu