TangselCity

Ibadah Haji 2024

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Banteng Belum Tentukan Pilihan, Nilai Tawar Politik PKB Tinggi

Laporan: AY
Minggu, 30 Juni 2024 | 08:20 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Sampai hari ini, posisi politik PDIP di Pilkada Jakarta belum jelas. Kalau tidak mau ikut dalam koalisi yang sudah ada, sebetulnya PDIP bisa membangun koalisi sendiri. Salah satu partai yang potensial untuk dipinang adalah PKB.

Gabungan PDIP dan PKB sudah lebih dari cukup untuk mengusung pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur di Jakarta. Di Pileg 2024, PDIP meraih 15 kursi DPRD Jakarta, sedangkan PKB meraih 10 kursi. Sedangkan syarat usung paslon bagi partai atau koalisi partai di Pilgub Jakarta minimal mengantongi 22 kursi DPRD Jakarta.

Kedua partai ini juga sebetulnya punya jejak historis bersama. Bahkan Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar berulangkali menyebut hubungan PDIP-PKB sudah seperti saudara. Nempel. Hanya takdir politik saja yang saat ini belum mempersatukan.

Di Pilkada Jakarta, DPW PKB DKI menyatakan mendukung Anies Baswedan. Namun, ketika muncul proposal PKS yang mengusung Anies-Sohibul Imam (AMAN), PKB tampak kurang happy. Elite PKB di tingkat pusat menyebut duet itu blunder, bahaya dan berpotensi deadlock, karena bisa menyulitkan mitra koalisi.

PDIP-PKB sangat mungkin berkoalisi. Namun, proses komunikasinya tidak mudah. PKB pasti menetapkan nilai tawar yang tinggi jika akhirnya mau meninggalkan Koalisi Perubahan demi membentuk poros ketiga bersama PDIP.

Waketum PKB Jazilul Fawaid menyatakan, partainya tidak ingin buru-buru dalam mengambil sikap terkait Pilgub DKI Jakarta. Partainya akan melihat dulu bagaimana perkembangan dinamika politik Jakarta dan nasional. Setelah itu, baru melakukan pertimbangan secara matang.

Apakah PKB akan tetap berada di Koalisi Perubahan dengan mengusung Anies atau membentuk poros baru misalnya, dengan PDIP? Jazilul mengatakan, semua kemungkinan itu masih terbuka. Soal mengusung Anies, Jazilul mengatakan, partainya menghargai keputusan PKS yang lebih dulu mendeklarasikan Anies-Sohibul.

“Tapi yang jelas, apa pun itu, kami berharap semuanya dibahas bersama-sama,” kata Gus Jazil, sapaannya, saat dikontak Rakyat Merdeka, Sabtu (29/6/2024).

Wakil Ketua MPR ini berharap Anies didukung koalisi yang besar. Untuk itu, butuh dukungan dari bebagai pihak. Tidak hanya satu segmen. Ia menilai, Anies ini sudah identik dengan PKS. Padahal yang dibutuhkan DKI Jakarta adalah kepemimpinan yang plural dan beragam. Kepemimpinan yang bisa mempersatukan warga Jakarta yang beragam.

Apakah ini artinya PKB akan pindah koalisi dan membentuk poros baru dengan PDIP?

Gus Jazil mengatakan, dalam politik masih mungkin terjadi. “Apalagi PKB dan PDIP sudah lebih dari cukup untuk mengusung calon,” ungkap Gus Jazil.

Namun yang jelas, kata dia, saat ini PKB terbuka dengan segala kemungkinan.

Sementara itu, Ketua Tim Pemenangan Pilkada Nasional PDIP Adian Napitupulu mengatakan partainya menghormati PKS yang sudah mendeklarasikan pasangan AMAN. Saat ini, partainya terus memperhitungkan dan menimbang berbagai dinamika yang ada.

Sampai saat ini kami belum memutuskan satu nama pun,” kata Adian.

Mantan aktivis 98 ini menyatakan, partainya akan terus melakukan komunikasi ke semua arah. Baik dengan parpol dan calon. Termasuk dengan PKB.

Adian menambahkan, partainya tengah melakukan kajian terhadap calon-calon yang ada. Kajian ini tidak hanya soal elektabilitas, tapi juga kajian secara ideologi, pemikiran, program dan sebagainya. Partainya akan mempertimbangkan banyak faktor sebelum memutuskan calon yang akan diusung, bukan hanya berdasarkan survei. “Jadi ini bukan cuma persoalan elektabilitas bagus. Jokowi dulu kalah elektabilitasnya saat Pilgub DKI. Kerja kita bersama-sama yang kemudian bisa membuat Jokowi menang,” ungkapnya.

Adian mengatakan, tim yang dipimpinnya ini masih memetakan politik, memeriksa rekam jejak calon, survei dan dukungan partai serta pandangan rakyat terhadap calon.

Keputusan final terkait calon yang akan diusung PDIP, terutama untuk Pilgub DKI, akan diputuskan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) setelah semua kajian selesai.

“Apalagi soal Jakarta. Jakarta ini sudah kewenangan ketua umum,” jelas Adian.

Adian menyebutkan bahwa keputusan bisa saja diambil di saat-saat terakhir.

Di tempat terpisah, Juru Bicara PDIP Chico Hakim mengatakan, partainya membuka peluang untuk membentuk poros ketiga dengan PKB. Kata dia, bisa saja poros ini mengusung pasangan calon Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dengan Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah. Atau bisa juga nama lain.

“Segala kemungkinan bisa terjadi, tapi saya tidak bisa mengatakan itu sesuatu yang pasti. Kita tunggu saja,” kata Chico, saat dikontak, Sabtu (29/6/2024).

Chico mengatakan, sampai saat ini belum ada calon definitif. Semua parpol sedang menimbang dan mengkaji dinamika yang ada. Jadi tak perlu buru-buru. “Waktunya masih lama juga,” tegasnya.

Direktur Eksekutif Trias Politika Agung Baskoro memberikan pandangan mengenai dinamika politik di Pilgub DKI Jakarta. Kata dia, Koalisi Perubahan sebenarnya sudah cukup kuat untuk mengusung Anies.

Namun, butuh cawagub yang secara elektoral bisa menambah suara. Sedangkan duet AMAN yang digagas PKS, kurang nendang.

“Anies dan Sohibul ini ceruknya sama, yaitu basis Islam perkotaan,” ujar Agung, saat dikontak, semalam.

Padahal yang diharapkan adalah pasangan yang bisa saling melengkapi. Sedangkan pasangan ideal itu haruslah dapat memperbesar peluang kemenangan dengan menggabungkan berbagai basis suara yang berbeda.

“Bukan yang memperkecil kemenangan, bahkan bisa membuat kalah,” tegasnya.

Agung juga mencermati potensi deadlock dalam penentuan wakil, jika partai-partai koalisi tetap memaksakan kader mereka masing-masing. PKS mengajukan Sohibul Iman, PKB mengusulkan Ida Fauziah, dan NasDem mengajukan Ahmad Sahroni yang memiliki basis kuat di Jakarta Utara.

“Sahroni ini mewakili basis suara di Jakarta Utara, sedangkan Ida Fauziah itu kan basis suara Nahdlatul Ulama. Ini bisa deadlock kalau ini semua memaksakan kadernya,” kata Agung.

Menurut Agung, jika situasi deadlock terjadi, kemungkinan akan muncul bola liar. Partai-partai mungkin akan berpindah ke PDIP atau Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk memastikan partai mereka tidak dirugikan dan peluang menang tetap besar.

Nah, kata Agung, bisa saja PKB merapat ke PDIP. Kedua parpol sudah cukup untuk mencalonkan kandidat mereka sendiri. Dengan membentuk poros baru, posisi tawar PKB akan jauh lebih besar. PKB bisa mengajukan kadernya untuk mengisi posisi cawagub.

“PKB akan lebih terbuka untuk mengusung Ida Fauziah. Sehingga duetnya bisa Ahok-Ida,” kata Agung.

Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC), Ahmad Khoirul Umam, sikap PKB yang kurang sreg dengan duet AMAN, jadi sinyal partainya Cak Imin itu siap tinggalkan Anies.

“PKB tengah bersiap ganti kopling untuk bermanuver meninggalkan Anies Baswedan,” ujar Umam.

Sikap balik badan PKB terhadap Anies akan membuka peluang terbukanya poros ketiga. Apalagi, kursi PDIP dan PKB sudah cukup mengajukan paslon cagub-cawagub.

“Ketika poros ketiga terbentuk, besar kemungkinan Pilkada dilakukan dua putaran,” ucap Umam.

Dengan membentuk poros baru, lanjut dia, koalisi PDIP-PKB akan menjadi game changer di tengah dua calon kuat yang akan bertarung. Yakni pasangan AMAN yang diusung PKS-NasDem dan KIM yang kemungkinan besar akan mengusung Ridwan Kamil.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo