TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Pilkada 2024 Banyak Drama, Ada Jagoan Tumbang Ada Kawin Paksa

Laporan: AY
Jumat, 30 Agustus 2024 | 09:10 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Pendaftaran calon kepala daerah yang akan berlaga di Pilkada serentak, November ini, ditutup semalam. Ada banyak drama mewarnai Pilkada kali ini. Ada jagoan yang diunggulkan justru tumbang duluan karena nggak dapat tiket. Ada juga partai yang kesulitan cari calon unggul sehingga melakukan “kawin paksa”.

Di hari terakhir pendaftaran Pilkada 2024, Kamis (29/8/2024), sejumlah calon satu persatu mendatangi Kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) untuk mendaftar sebagai calon kepala daerah.

Di Jakarta misalnya, pasangan Dharma Pongrekun-Kun Wardana jadi kandidat terakhir yang mendaftar ke KPU Jakarta, pada Kamis (29/8/2024). Pasangan cagub-cawagub ini, maju lewat jalur independen.

Total ada tiga kandidat yang mendaftar sebagai pasangan cagub dan cawagub Jakarta. Yakni, Pramono Anung dan Rano Karno yang hanya diusung PDIP. Kemudian Ridwan Kamil dan Suswono yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus. Sementara, Anies Baswedan yang selama ini jadi calon kuat, justru tidak bisa maju karena tidak mendapatkan tiket.

Bergeser ke Pilgub Banten. Total ada dua calon yang mendaftar. Pertama, Airin Rachmi Diany dan Ade Sumardi yang dimajukan oleh Golkar dan PDIP. Kemudian, Andra Soni dan Ahmad Dimyati Natakusumah yang diusung Gerindra, PKS dan beberapa partai di KIM plus.

Sebelumnya, Airin yang merupakan calon terkuat di Banten, hampir tak dapat tiket. Pasalnya, Golkar lebih memilih memajukan Andra-Dimyati. Namun, Airin diselamatkan PDIP pasca keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menurunkan batas syarat pencalonan majukan kepala daerah. Belakangan, Golkar juga kembali mendukung Airin.

Di Jawa Barat tidak kalah seru. Pasca Ridwan Kamil digeser maju ke Jakarta, pertarungan di Jawa Barat makin berwarna. Di daerah ini, ada Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan yang didukung partai KIM plus. Namun, pasca putusan MK, PKS akhirnya memilih mencalonkan presidennya, Ahmad Syaikhu bersama Ilham Habibie.

PKB juga memilih melakukan “kawin paksa” di Jawa Barat. Partai yang dikomandoi oleh Muhaimin Iskandar ini, memilih mencalonkan Acep Adang Ruhiyat dan Gitalis Dwi Natarina (Gita KDI). Awalnya, PKB mencoba merayu Sandiaga Uno untuk jadi Cagub Jabar, tapi Sandiaga menolaknya. Pasangan Acep-Gita didaftarkan ke KPUD semalam.

PDIP yang tinggal sendirian belum jelas mau ngusung siapa di Jabar. Di detik-detik penutupan pendaftaran, muncul kabar PDIP akan mencalonkan Anies Baswedan berpasangan dengan Ono Surono, Ketua PDIP Jabar. Ada juga isu, PDIP mau duetkan Sandiaga Uno dengan Susi Pudjiastuti.

Tapi, semua itu, gagal terwujud. PDIP akhirnya memutuskan mengusung duet Jeje Wiradinata dan Ronald Sunanda Surapradja sebagai cagub-cawagub Jabar. Duet ini didaftarkan ke KPUD setengah jam sebelum pintu pendaftaran ditutup. Tepatnya, pukul 23.30 WIB.

Pencalonan di Jawa Timur juga banyak kejutannya. Di wilayah ini, kandidat terakhir yang mendaftar ke KPUD adalah Tri Rismaharini-KH Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans. Pasangan yang diusung PDIP ini tiba di Kantor KPU Jatim pada Kamis, (29/8/2024) sekitar pukul 19.45 WIB.

Pemilihan Risma tergolong mendadak. Secara pribadi, dia juga mengaku tidak kenal secara personal dengan Gus Hans. Namun, dia manut apa kata Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk dipasangkan dengan Gus Hans. “Beliau usulkan ini, saya pasrah,” ujar Risma.

PKB juga mendadak menjagokan kadernya, Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Khakim di Jawa Timur karena gagal bangun koalisi. Sedangkan, Khofifah Indar Parawansa berpasangan Emil Elestianto Dardak. Khofifah didukung KIM plus.

Di Jawa Tengah juga terjadi kawin paksa. Misalnya, Ahmad Lutfhi yang dipasangkan dengan Taj Yasin. Pasalnya, Kaesang Pangarep gagal maju karena terbentur umur.

Sedangkan di Bali, ada pasangan Wayan Koster-I Nyoman Giri Prasta. Awalnya, Wayan Koster dan Giri Prasta sama-sama minat menjadi Cagub. Namun, akhirnya Giri Prasta mengalah dan menjadi wakilnya. Mereka akan melawan Made Muliawan Arya alias De Gadjah-Putu Agus Suradnyana (PAS).

Pencalonan masing-masing kandidat di Pilgub ini menyisakan kesedihan bagi jagoan daerah yang tidak mendapatkan tiket. Di Jakarta misalnya, Anies gagal maju sebagau Cagub. Sejak ditinggal Koalisi Perubahan, nasibnya tidak jelas. Terakhir, dia dikabarkan bakal maju di Jawa Barat, tapi Anies menolak tawaran tersebut.

“Mas Anies menyampaikan terima kasih atas tawaran partai politik yang meminta maju di Jawa Barat. Dan sudah diputuskan bahwa Mas Anies tidak maju di Jawa Barat,” tegas Juru Bicara Anies, Sahrin Hamid di Jakarta, Kamis (29/8/2024).

Sahrin mengatakan, di Jakarta, Anies memang mendapatkan banyak aspirasi dari masyarakat. Hal itu tergambar dari keputusan partai di tingkat wilayah dan daerah. “Namun, di Jabar, tidak ada permintaan secara khusus dari masyarakat maupun aspirasi partai politik di tingkat wilayah dan daerah,” tutupnya.

Selain itu, nasib kurang baik juga menimpa Ahmad Riza Patria sebagai calon wali kota Tangerang Selatan. Dia batal maju dan diminta fokus mengawal kemenangan Ridwan Kamil di Jakarta.

“Salah satu tugasnya adalah begitu, untuk fokus memenangkan Ridwan Kamil sebagai calon gubernur dalam pemilihan gubernur Jakarta bersama Suswono,” kata Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (29/8/2024).

Bagaimana tanggapan pengamat? Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro menilai, peta pilkada di sejumlah daerah buyar setelah putusan MK yang menurunkan ambang batas pencalonan kepala daerah.

“Putusan MK berpengaruh. Partai yang bisa mencalonkan sendiri kembali berpikir untuk majukan calonnya sendiri,” ujarnya, Kamis (29/8/2024).

Akibatnya, koalisi yang sudah tercipta berantakan. Karena itu tak heran jika banyak calon yang kawin paksa dan gagal nyalon. Namun, dia menyayangkan, di beberapa daerah masih terjadi jegal menjegal calon. Akibatnya banyak calon bagus yang tidak bisa maju.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo