Pilgub Jakarta Mulai Memanas, Pramono & RK Saling Serang
JAKARTA - Suhu politik di Jakarta mulai panas. Cagub jagoan PDIP, Pramono Anung, dengan Cagub Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, Ridwan Kamil (RK), mulai saling serang.
Hal yang dijadikan bahan saling serang adalah rencana RK mengubah Jakarta Utara seperti Dubai. Jika terpilih menjadi Gubernur Jakarta, RK ingin membangun Giant Sea Wall alias tembok raksasa di wilayah pesisir utara Jakarta tersebut.
RK memastikan, Giant Sea Wall ini bukan program elitis. Ini adalah program untuk rakyat kecil. Tujuannya, untuk mengatasi banjir alias pasang alias rob, yang sering menimpa rakyat kecil di Jakarta Utara.
“Giant Sea Wall buat atasi banjir. Kalau banjirnya tidak diatasi, siapa yang dirugikan? Rakyat kecil. Jadi, proyek di utara itu untuk rakyat kecil," kata pria yang akrab disapa Kang Emil ini, di Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (12/9/2024).
Mendengar rencana RK ini, Pramono seakan mendapat senjata untuk menyerang. Dia bilang, janji RK menjadikan Jakarta seperti Dubai cuma bisa terlaksana dalam mimpi.
Banyak yang mengatakan ingin menjadikan Jakarta seperti New York, seperti Dubai, seperti Tokyo. Mimpi kali," serangnya, saat konsolidasi dengan kader PDIP, di Jakarta Selatan, Sabtu (14/9/2024).
Untuk programnya, kata Pramono, tidak muluk-muluk seperti RK. Terpenting, masyarakat Jakarta bahagia, aman, dan nyaman. Selain itu, Pramono ingin menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kebutuhan dasar masyarakat.
Seperti persoalan RT/RW, persoalan juru pemantau jentik (jumantik), persoalan Kartu Jakarta Pintar (KJP), semua harus selesai.
“Jadi, yang diselesaikan apa? Yang kecil-kecil itulah yang menjadi kebutuhan rakyat Jakarta sekarang," ucap mantan Sekjen PDIP ini.
Pramono juga menyindir RK yang menjanjikan bakal memberikan dana besar ke RW. Dia bilang, menyatakan janji tersebut tak rasional. "Anggarannya dari mana kasih insentif double ke RT dan RW," serangnya.
Mendengar hal ini, RK balik menyerang. Mantan Gubernur Jawa Barat itu mengingatkan Pramono untuk tidak menyepelekan arti mimpi. Dia bilang, kemerdekaan Indonesia bermula dari sebuah mimpi.
"Semua cita-cita datang dari mimpi. Kalau nggak boleh mimpi mah, ya jangan hidup, kan kira-kira begitu," ucapnya, keras.
Selain Giant Sea Wall, RK juga membuka peluang akan membangun pusat bisnis di Utara Jakarta. Dia menjanjikan wajah baru untuk Jakarta Utara. Makanya wajah baru tersebut harus berkelas dunia.
"Kalau kelas dunia, referensinya hari ini apa? Singapura, Hong Kong, Dubai. Jadi, kalau bermimpi dan realistis nggak ada masalah. Orang IKN (Ibu Kota Nusantara) aja kelas dunia, insya Allah mirip-mirip, jadi itu aja," sambung dia.
Sebelum perang urat saraf soal Jakarta Utara mirip Dubai, keduanya juga pernah saling sindir. Lagi-lagi diawali RK, yang bicara mengenai pencitraan. Sebagai orang yang lama tinggal di Bandung, RK mengaku tidak pernah melakukan kegiatan Car Free Day (CFD) di Jakarta. Begitupun ketika dicalonkan di Pilgub Jakarta, tak otomatis RK selalu nongol di CFD.
Di otak saya itu lagi belanja masalah mayoritas. Bukan datang hanya untuk selfie-selfie. Makanya, saya prioritas blusukan dulu. CFD nanti deh diatur waktunya," ucapnya, di depan Puskesmas Kelurahan Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (15/9/2024).
Lagipula, kata RK, warga Jakarta tidak sepenuhnya ngumpul saat CFD. Masih banyak simpul-simpul masyarakat yang suaranya perlu didengar. "Saya lebih banyak blusukan di tempat-tempat begini (kawasan Kelurahan Kebon Melati). Waktunya habis, sehari juga 5, 6 sampai 7 agenda," ujarnya.
Pramono, yang sering kali terlihat di CFD, merasa tersinggung. Mantan Menteri Sekretaris Kabinet menyindir balik RK yang tak berani ke CFD. "Jadi, kalau nggak mau datang ke CFD, Alhamdulillah," ucap Pramono, Selasa (17/9/2024).
Melihat RK dan Pramono saling serang, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menyatakan, wajar. Saling kritik antara calon soal program atau cara kampanye merupakan bagian dari cara menarik perhatian pemilih.
"Setidaknya agar tampak perbedaan paslon satu dengan yang lain, sehingga bagi pemilih rasional semakin jelas siapa yang kelak dipilih. Hal ini bisa dilihat sebagai 'pemanasan' Pilkada, ketimbang Pilkada yang panas," kata Agung kepada Redaksi.
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 21 jam yang lalu