TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Curah Hujan Di Sejumlah Wilayah Tinggi Hingga Awal 2025

Oleh: Farhan
Minggu, 24 November 2024 | 12:43 WIB
Ilustrasi. Foto : Ist
Ilustrasi. Foto : Ist

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta seluruh masyarakat siaga terhadap sejumlah potensi bencana hidrometeorologi. Pasalnya, fenomena La Nina kini mempengaruhi peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah di Tanah Air, berpotensi memicu bencana tersebut.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan, berdasarkan hasil analisa data terkini, proyeksi iklim untuk November hingga awal tahun 2025 menunjukkan adanya peningkatan potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, dan angin kencang.

Selain itu, fenomena La Nina juga berpotensi memicu bencana hidrometeorologi lain, seperti bencana banjir lahar hujan yang terjadi ketika air hujan bercampur dengan material vulkanik dari gunung berapi berupa pasir, abu, dan bebatuan serta kayu atau pohon.

Dwikorita menjelaskan, faktor utama yang mempengaruhi cuaca dan iklim Indonesia pada November 2024 hingga awal tahun 2025, ialah penyimpangan suhu muka laut di Samudra Pasifik, Samudra Hindia, dan perairan Indonesia. Penyimpangan suhu di wilayah ini berhubungan erat dengan fenomena La Nina.

“La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan di Indonesia. Selain itu, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) juga mempengaruhi distribusi hujan di wilayah Indonesia,” ujar Dwi dalam keterangannya, dikutip Sabtu (23/11/2024).

Meski lemah, sambung dia, fenomena La Nina diperkirakan akan berlanjut, dan menyebabkan suhu perairan Indonesia lebih hangat dari rata-rata. Kondisi itu akan meningkatkan pembentukan awan hujan. Proyeksi tersebut juga mengindikasikan, sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan tinggi pada 2025.

Dalam proyeksi curah hujan tahunan, tambah Dwi, sekitar 67 persen wilayah Indonesia berpotensi mengalami curah hujan lebih dari 2.500 mm per tahun. Bahkan, beberapa wilayah diprediksi mencapai 5.000 mm per tahun. Beberapa daerah yang akan mengalami curah hujan tinggi, di antaranya wilayah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Sementara itu, lanjutnya, sekitar 15 persen wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan di atas normal. Kemudian, ada 1 persen wilayah yang diperkirakan akan mengalami curah hujan rendah, di antaranya Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat.

“Ringkasannya, akhir tahun 2024 mulai dari bulan November hingga Desember diprediksi sudah terjadi La Nina lemah, bersamaan dengan masuknya musim hujan. Kami meminta, masyarakat selalu siaga atas data-data yang dianalisa BMKG, terutama daerah yang berada di lereng gunung api,” ucapnya.

Soal puncak musim hujan, kata Dwi, pihaknya memperkirakan hal itu akan terjadi pada Januari hingga Februari. Pada periode tersebut, hujan akan disertai dengan fenomena angin kencang dan kilat petir.

“Meski menyimpan potensi bencana, curah hujan yang tinggi juga bisa membawa berkah bila dimanfaatkan dengan baik. Keberlimpahan air hujan akibat La Nina dapat dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan pangan, air, dan energi,” tandasnya.

Sementara itu, anggota Komisi VIII DPR, M Husni meminta Pemerintah melakukan mitigasi berbasis penelitian mendalam, untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologis, seperti banjir, longsor, dan angin kencang.

“Jangan setiap kali terjadi longsor atau pergeseran tanah, kita hanya turun untuk memberikan bantuan. Pekerjaan seperti itu hanya mengulang pola yang sama. Pemerintah harus melakukan penelitian mendalam, agar tingkat kerusakan dan kerugian akibat bencana alam bisa diminimalkan,” ujarnya.

Husni menambahkan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di wilayah-wilayah rawan bencana juga harus memperkuat koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebab musim penghujan berpotensi meningkatkan risiko bencana hidrometeorologis.

“BNPB telah bergerak cepat dalam menangani bencana. Namun, perlu diingat, faktor penyebab kerusakan tidak hanya berasal dari alam, tapi juga dari aktivitas manusia. Sebab itu, masyarakat juga harus lebih patuh dalam menjalankan mitigasi bencana,” imbuhnya.

Di media sosial X, peringatan yang diberikan BMKG direspon secara beragam oleh netizen. Ada yang khawatir ada juga yang tidak peduli.

“Saya mohon, BMKG menyampaikan laporannya kepada Pemda. Soalnya, saya tinggal tidak jauh dari salah satu Sungai di Jawa Tengah,” cuit akun @HLKKK. “Untuk pemukiman yang dekat lereng gunung, sungai, atau laut, sebaiknya segera diungsikan daripada menimbulkan korban jiwa,” timpal akun @Maskurus.

Sementara itu, akun @ryanfebryan menilai, semua jenis bencana yang terjadi, merupakan takdir dan kehendak Tuhan. “Sudah lah. Semua tergantung nasib. Kalau ditakdirkan tidak ada bencana, ya tidak akan ada,” cetusnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo