TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Perdagangan Gas Melon Mulai Berangsur Normal

Reporter: AY
Editor: Redaksi
Jumat, 07 Februari 2025 | 10:54 WIB
Foto : Ist
Foto : Ist

JAKARTA - Pemerintah telah memfungsikan pengecer atau warung-warung kecil menjadi sub pengkalan. Dan kini, perdagangan gas elpiji 3 kilogram (kg) terpantau sudah berangsur normal.

 

Perkembangan itu diungkapkan Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Heppy Wulansari. 

 

“Kami terus memantau kondisi di lapangan untuk memastikan elpiji 3 kg tersalurkan hingga ke sub pangkalan. Sehingga masyarakat dapat membeli sesuai kebutuhan,” ujar Heppy dalam keterangan resminya, Rabu (5/2/2025).

 

Menurut Heppy, Kemen­terian Energi dan Sumber Daya Mine­ral (ESDM) memastikan para pengecer sebagai sub pang­kalan dalam rangka menata distribusi gas melon agar lebih te­pat sasaran.

 

“Kebijakan ini bertujuan men­jaga ketersediaan elpiji 3 kilogram bagi masyarakat yang berhak, sekaligus meningkatkan kontrol distribusi,” ujar Heppy.

 

Ia menekankan, penataan distribusi ini hanya untuk memastikan subsidi tepat sasaran, bukan untuk mengurangi pasokan bagi masyarakat yang berhak.

 

“Jumlah pasokan elpiji 3 kilogram tidak mengalami perubahan dan tetap sesuai kuota yang telah ditetapkan,” katanya.

 

Secara sistem, kata Heppy, para pengecer telah terdaftar dalam Merchant Applications Pertamina (MAP).

 

Saat ini ada sebanyak hampir 63 juta Nomor Induk Kependudukan (NIK) telah terdaftar dalam sistem MAP.

 

“Jumlah itu terdiri dari rumah tangga sebanyak 53,7 juta NIK, usaha mikro 8,6 juta NIK, petani atau nelayan sasaran sebanyak 50 ribu NIK dan pengecer 375 ribu NIK,” bebernya.

 

Ia berharap, dengan adanya skema ini layanan kepada mas­yarakat tetap terjaga.

 

“Sekaligus meningkatkan pengawasan Pemerintah terhadap distribusi dan konsumen elpiji 3 kilogram,” sambungnya.

 

Terpisah, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan dan Menteri Perdagangan Budi Santoso meninjau stok elpiji 3 kg di sub pang­kalan dekat Pasar Klender, Jakarta Timur, Rabu (5/2/2025). Menteri Zul didampingi Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Alfian Nasution, Direktur Pemasaran Regional Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo, serta Direktur Manajemen Risiko Rahman Pramono Wibowo.

 

“Alhamdulillah gas (elpiji 3 kg) sudah lancar, setelah ada perintah Presiden, dikembalikan seperti semula,” kata Menteri Zulhas, sapaan akrab Zulkifli Hasan di sela meninjau harga sejumlah komoditas pangan dan gas elpiji 3 kg di Pasar Klender, Jakarta Timur, Rabu (5/2/2025)

 

Zulhas mengingatkan kepada para pengecer, yang kini berstatus sub pangkalan, agar tidak mempermainkan harga dan stok elpiji 3 kg.

 

“Gas (elpiji 3 kg) itu kan me­­­nyangkut hajat hidup orang banyak, memang harus kita perhatikan betul. Karena itu, jangan sampai ada yang main-main soal gas,” tandas Zulhas.

 

Di kesempatan yang sama, Abdullah selaku pengecer yang telah menjadi sub pangkalan di daerah pasar Klender mengaku, sangat terbantu dengan adanya kebijakan ini. 

 

“Setelah berubah dari penge­cer ke sub pangkalan, sekarang sudah mulai lancar lagi. Stoknya ada dan tersedia,” tuturnya.

 

Menanggapi ini, pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai, sudah semestinya para pengecer atau pemilik warung ini menjadi perpanjangan tangan dari pangkalan gas.

 

“Karena warung pengecer ini posisinya lebih dekat dengan rumah warga. Mereka merupa­kan akar rumput usaha kecil. Jadi, penyaluran gas oleh mereka tetap harus ada,” tegas Fahmy kepada Redaksi, kemarin.

 

Karena itu, Fahmy menyambut positif evaluasi yang dilakukan dengan cepat oleh Pemerintah, agar tidak blunder dalam mengeluarkan kebijakan. Khususnya terkait pendistribusian gas elpiji 3 kg yang dibutuhkan banyak masyarakat.

 

Gas elpiji ini salah satu consumer good, sama seperti kebutuhan harian lainnya, yang dibeli secara berulang. Maka stok itu harus tetap terjaga,” katanya.

 

Ia memahami, bila Pemerintah ingin mengeluarkan kebijakan penyaluran gas elpiji 3 kg agar tepat sasaran. Karenanya, dengan menjadikan pemilik warung atau pengecer sebagai sub pangkalan, maka tinggal memperbaiki pendataan warga yang berhak membeli gas elpiji tersebut.

 

Selain itu, pengawasan penjualan elpiji 3 kg juga harus tetap dilakukan. “Harus diawasi juga penjualannya, sudah sesuai belum harganya dengan HET (Harga Eceran Tertinggi),” ucap Fahmy.

 

Sebagai informasi, saat ini harga jual elpiji 3 kg di warung-warung berkisar antara Rp 20.000-22.000, lebih tinggi dari HET yang dipatok sebesar Rp 18.500.

 

Ia pun mengimbau, agar sosialisasi dan edukasi bisa terus dilakukan kepada masyarakat yang mampu, agar membeli tabung gas elpiji ukuran 5 kg atau 12 kg.

 

“Namun mesti diingat, ke­tersediaan stok gas ukuran tersebut juga harus selalu tersedia dan mudah dijangkau masyarakat,” imbuhnya.

 

Seperti diketahui, per 1 Februari lalu, Pemerintah melalui Kementerian ESDM sempat menghentikan penjualan tabung gas melon di warung-pengecer. Sehingga, menyebabkan antrean panjang di pangkalan elpiji 3 kg di sejumlah wilayah.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit