TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Kisah Jurnalis Internasional Banting Setir Jadi Builder Motor Custom di Pamulang

Reporter: Dzikri
Editor: AY
Senin, 10 Februari 2025 | 16:34 WIB
Foto : Dzikri
Foto : Dzikri

PAMULANG - Panca Putra (44), pemilik dari bengkel motor custom “Trove Creation” yang berada di Perumahan Puri Pamulang, Benda Baru, Pamulang, Kota Tangerang Selatan, ternyata sempat meniti karier sebagai seorang jurnalis di berbagai media internasional.

 

Panca yang kini berprofesi sebagai builder motor custom, sempat bekerja seorang jurnalis di media National Geographic, tepatnya di Nat Geo People, dan juga media Portugal yakni Viking Channel.

 

Sebelum bekerja di media-media ternama tersebut, Panca ternyata memang sudah memiliki hobi dan minat dalam dunia automotif khususnya motor.

 

“Saya builder motor itu sebenarnya hobi dari dulu masih SMP, jadi ada peninggalan-peninggalan motor antik kakek dulu dia seorang veteran, punya peninggalan motor klasik, kayak Norton,” jelasnya.

 

Berbekal dari motor antik yang langka tersebut, ia mulai mengotak-atik motor tersebut dan belajar membuat dan merawat motor untuk yang pertama kalinya.

 

Panca setelah lulus dari SMK dengan mengambil jurusan elektronik industri, kemudian memulai kariernya sebagai desainer di Levis dan juga majalah Hi, ia pun mulai menggeluti dunia jurnalisme dan fotografer dari situ.

 

“Dengan tuntutan pekerjaan seperti itu saya didorong untuk ambil kuliah, cari lah kampus seni rupa, multimedia, atau broadcast, saya coba untuk ke ITB tahun 2004 dan ternyata masuk,” ucap Panca.

 

Selama dua semester Panca berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan jurusan seni rupa, sampai akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta demi bekerja.

 

Di Jakarta, Panca juga kembali menempuh dunia pendidikan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Kali ini program studinya ia tempuh sampai selesai, hingga akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa untuk mengambil gelar sertifikasi di Amerika dan mendapatkan pekerjaan di Nat Geo People.

 

“Kerja dulu jadi jurnalis lepas, Kompas, Global, dan lain semacamnya sambil kuliah di IKJ tahun 2009 ngambil perfilman sampai selesai. Bikin-bikin karya short movie untuk festival dapat beasiswa ke Amerika disekolahkan untuk ambil sertifikasi. Di sana di California dapat casting-casting jadi crew program televisi untuk Nat Geo People eh ternyata masuk, kembali lagi ke jurnalis,” katanya.

 

Berbekal pengalaman sebagai seorang jurnalis lepas di Indonesia, Panca berkarir di Nat Geo People, dengan mayoritas sebagai seorang supervisi lokal. Di sana, ia meliput bermacam-macam kegiatan budaya hingga suku adat di berbagai negara.

 

“Kita dokumentasikan culture-culture budaya di luar sana, acara-acara adat, acara sosial di beberapa negara. Setelah di Nat Geo di-hire lagi di Viking Channel di daerah Portugal, itu waktu itu dikontrak satu tahun ibaratnya freelance, hampir sama dengan Nat Geo People tentang budaya-budaya juga,” katanya.

 

Tugasnya sebagai seorang supervisi lokal yang mengurus perizinan di berbagai negara dan suku adat pun tidaklah mudah. Tak jarang ia harus sampai menembus hutan belantara demi menemui ketua adat setempat di negaranya.

 

“Saya yang mengurus semua perizinan, saya datang pertama kali ke area itu, riset, observasi, sekaligus mencari narasumber sama perizinan. Masuk-masuk ke suku-suku, ketemu ketua adat, dan lain-lain,” lanjut Panca.

 

Panca pada saat menjadi seorang jurnalis dan supervisi di Nat Geo People sudah mengunjungi beberapa negara seperti Jepang, Portugal, Italia, dan benua seperti Eropa dan Amerika.

 

Meskipun telah meliput berbagai macam kegiatan suku di berbagai negara, liputan sebagai seorang jurnalis yang paling berkesan untuk Panca adalah ketika ia sedang ditugaskan di Jayawijaya, Papua, bersama dengan tim dari Nat Geo People dan Nat Geo Wild.

 

“Yang paling berkesan justru waktu di negara sendiri, waktu itu Nat Geo People di Jayawijaya, kita masuk hutan yang isinya buaya semua. Waktu itu meliput burung kasuari yang mau punah, kita gabungan Nat Geo Wild sama People,” jelasnya.

 

Selama hampir satu tahun Panca ditugaskan untuk meliput fauna di Papua, dengan selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan yang pastinya mengancam keselamatan dan bahkan nyawa.

 

“Semua hewan yang dibilang hanya ada di situ kita coba observasi, hampir lama karena setahun, kita sempat bikin camp di atas pohon kayak sniper, pakai baju camo, bikin batu untuk mengumpat di dalam, macam-macam lah tekniknya itu berminggu-minggu hunting moment,” tambahnya.

 

Panca yang juga sempat menjadi sebagai seorang aktivis di Greenpeace dan Unicef itu kemudian memutuskan untuk menekuni hobinya di dunia automotif sekitar tahun 2011 lalu, setelah sempat menganggur selama beberapa tahun.

 

“Setelah bergelut di film, jurnalis, televisi, saya memutuskan untuk berhenti di tahun 2011 atau 2013. Saya ingin bikin usaha sendiri,” katanya.

 

Pada awalnya, ia pun juga tak percaya diri dengan motor custom hasil bikinan dari tangannya sendiri. Namun, motor custom bikinannya itu ternyata langsung memenangkan beberapa kontes motor.

 

Motor Kawasaki Binter Merzy miliknya itu disulap menjadi motor yang unik, dengan konsep bobber indian. Padahal awalnya, Panca sendiri tidak memiliki niat untuk mengikuti kontes motor tersebut, namun malah berhasil merebut gelar juara sampai akhirnya semua mata tertuju kepadanya.

 

“Waktu itu masih bikin sebisanya, asal-asalan, dimasukkan lah ke kontes eh ternyata malah juara 1, nah di situ media-media akhirnya meliput tanya ini bengkelnya di mana ya saya bilang ini iseng-iseng doang,” ucapnya.

 

Setelah berhasil menjadi juara di beberapa kontes, Panca memberanikan diri untuk membuka bengkel Trove Creation miliknya di Pamulang. Peralatan-peralatan yang menunjang pekerjaannya sebagai builder motor custom itu pun dicicil secara perlahan.

 

“Akhirnya pesanan datang satu-satu dari teman-teman dulu, hasilnya dibelikan buat peralatan sampai akhirnya kayak gini bisa buat berkarya dan ikut kontes-kontes di beberapa negara,” paparnya.

 

Panca pun menekuni dunia automotif dengan belajar secara otodidak atau mandiri, melalui majalah-majalah dan internet seadanya pada tahun itu. Kini, bengkel motornya itu sudah diramaikan oleh masyarakat yang ingin membuat motor-motor unik dengan menggunakan tangan dan karya seni bikinan Panca.

 

Pada saat ditanya, ia juga mengaku lebih menikmati dan merasa bahagia ketika ia membuka usaha bengkel motor custom miliknya sendiri, dibanding keliling ke berbagai negara sebagai jurnalis di media internasional.

 

“Dari segi kebahagiaan ya saya lebih bahagia sekarang, pikiran yang ada bisa dikeluarkan jadi karya. Segi finansial juga usaha ini kalau kita gelutin ya jauh lebih untung dibanding kerja dulu, cuman ya risikonya kalau usaha ya begitu, kadang ramai kadang sepi, itu hal biasa,” tutupnya.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit