TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers

Jakarta Terendam

Duh, Alat Pengeras Suara Peringatan Banjir Rusak

Reporter: Farhan
Editor: AY
Kamis, 06 Maret 2025 | 11:05 WIB
Aksi anggota TNI menyelamatkan korban banjir dan Wagub Jakarta Rano Karno menggunakan perahu tinjau lokasi banjir. Foto : Ist
Aksi anggota TNI menyelamatkan korban banjir dan Wagub Jakarta Rano Karno menggunakan perahu tinjau lokasi banjir. Foto : Ist

JAKARTA - Banjir kiriman melanda sejumlah wilayah di Jakarta. Air dari hulu merendam permukiman warga hingga ketinggian 5 meter. Karena itu, dibutuhkan Disaster Warning System (DWS) yang berfungsi memberikan peringatan dini di daerah rawan banjir.

 

DWS memberikan informasi kenaikan debit air dari Katulampa (Bogor), Krukut Hulu dan Pesanggrahan. Namun, alat pengeras suara DWS di Penga­degan, Jakarta Selatan, rusak dan tidak berfungsi.

 

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Ja­karta August Hamonangan mengaku mendapat banyak laporan dari warga. Alat pengeras su­ara yang seharusnya memperingatkan warga akan bahaya terjadinya banjir di Pengadegan, tidak berbunyi.

 

“Padahal, ketinggian air di Bendungan Katulampa pada saat itu sudah mencapai titik kritis,” kata August di Jakarta, Rabu (5/3/2025).

 

August mengkritik ketidak­mampuan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk memastikan alatnya berfungsi optimal.

 

Alat yang begitu mahal harganya ternyata tidak bisa berfung­si dengan baik. Padahal, niatnya untuk memberikan peringatan dini kepada warga, sehingga mereka punya waktu untuk bersiap-siap menghadapi banjir.

 

Karena alat tersebut tidak berfungsi, lanjut August, warga yang tinggal dekat dengan Kan­tor Kelurahan tidak siap meng­hadapi bencana datang saat itu.

 

Dia meminta Pemprov DKI Jakarta memastikan kesiapan alat-alat peringatan dini banjir yang ada.

 

Jangan sampai ini terulang kembali. Pemprov harus ingat bahwa keselamatan warga yang utama. Mereka harus memasti­kan alat-alat peringatan banjir berada dalam kondisi prima,” tegasnya.

 

Selain itu, Penasihat Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini juga mendorong Pem­prov menggencarkan pembangunan infrastruktur-infrastruk­tur pengendali banjir.

 

Dia menyarankan Pemprov melakukan evaluasi terkait pengeras suara peringatan banjir yang dinilai kurang efektif.

 

“Mungkin anggarannya bisa difokuskan untuk membangun waduk, polder dan embung yang berfungsi sebagai tempat parkir air untuk mengurangi kemung­kinan air meluap dan mengaki­batkan banjir,” tuturnya.

 

August mengajak setiap pi­hak, termasuk warga Jakarta tetap waspada. Jangan lengah menghadapi potensi banjir yang mungkin masih akan melanda beberapa wilayah Jakarta.

 

“Bahaya banjir belum usai, terutama di daerah-daerah banta­ran kali yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta. Segala persia­pan harus dilakukan supaya kita semua siap,” imbaunya.

 

Pengadegan, Pancoran, Ja­karta Selatan, menjadi salah satu wilayah terdampak banjir kiri­man. Ada tiga Rukun Tetangga (RT) yang terendam, yakni RT 11 RW 01, RT 08 RW 01, dan RT 08 RW 02.

 

Pada Selasa (4/3/2025) sore, banjir semakin tinggi. Keting­gian air mulai dari 60 centimeter (cm) hingga 250 cm.

 

Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta Rano Karno mengatakan, penanganan darurat bencana warga terdampak banjir telah dilaksanakan sesuai Standard Operating Procedure (SOP).

 

Penanganan sesuai SOP, seperti kesiapan makanan siap saji dan peralatan dan infrastruktur pendukung tanggap darurat bagi warga terdampak. Upaya penanganan ini telah berjalan otomatis tanpa perlu menunggu instruksi darinya.

 

Karena itu, Rano mengapresiasi upaya yang telah dilakukan setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dan me­minta mereka tetap mempertahankan seluruh proses penangan agar tetap sesuai SOP. Hal ini penting agar setiap tindakan yang dilakuan bisa dipertang­gungjawabkan dengan baik.

 

“Di sini ada sekitar 300 jiwa warga yang terdampak. Ada pengungsian di dua lokasi dan semua penanganan sudah sesuai SOP,” kata Rano, saat meninjau kawasan terdampak banjir Kali Grogol di Jalan Kamboja, RT 05/08, Lebak Bulus, Cilandak, Ja­karta Selatan, Selasa (4/3/2025).

 

Untuk mengatasi dan mengurangi dampak banjir, Pem­prov telah menerapkan berbagai teknologi dan sistem pemantau­an canggih. Langkah ini untuk meningkatkan kesiapsiagaan, mempercepat respons, serta me­minimalisir risiko bagi warga.

 

Pemprov telah mengembang­kan berbagai teknologi digital untuk memantau, mendeteksi dan memberikan peringatan dini terhadap potensi banjir. Sistem ini mengintegrasikan sensor canggih, kecerdasan buatan, serta analisis data dalam satu platform digital.

 

Ada tiga teknologi utama yang digunakan untuk peringatan ban­jir di Jakarta. Pertama, Sistem Peringatan Dini Banjir (Early Warning System-EWS).

 

Badan Penanggulangan Ben­cana Daerah (BPBD) DKI Ja­karta telah memasang sistem peringatan dini banjir EWS berbasis digital di 90 titik lokasi rawan banjir yang tersebar di 73 kelurahan. Yakni Jakarta Pusat 4 titik di 4 kelurahan; Jakarta Utara: 13 titik di 13 kelurahan; Jakarta Barat: 16 titik di 10 kelu­rahan; Jakarta Selatan: 25 titik di 18 kelurahan dan Jakarta Timur: 32 titik di 28 kelurahan.

 

Kedua, Toa Peringatan Dini Banjir (Disaster Warning Sys­tem-DWS). Sejak tahun 2021, BPBD Jakarta juga telah mema­sang DWS yang berfungsi sebagai alat pengeras suara untuk memberikan peringatan dini di daerah rawan banjir.

 

Sistem ini memberikan in­formasi kenaikan debit air dari Katulampa (Bogor), Krukut Hulu dan Pesanggrahan, dengan tingkat peringatan, yakni Siaga 3 (Waspada), Siaga 2 (Siaga) dan Siaga 1 (Awas).

 

Ketiga, Sistem Informasi Sia­ga Banjir. Selain sistem digital mitigasi banjir yang dimiliki BPBD Jakarta, Unit Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta juga mengelola berbagai alat pemantauan elektronik, seperti CCTV, alat pengukur tinggi muka air otomatis (Automatic Water Level Recorder-AWLR) dan alat pengukur curah hujan otomatis (Automatic Rainfall Recorder- ARR).

 

Hingga 2 Desember 2024, jaringan pemantauan banjir Jakarta mencakup 118 unit CCTV yang tersebar di 111 lokasi. Ter­masuk rumah pompa, pintu air dan pos pemantauan di Jabode­tabek; 28 sensor tinggi muka air otomatis (TMA) yang terpasang di seluruh wilayah administrasi Jakarta.

 

Kemudian, 2 unit di Bogor (Katulampa dan Cibalok) serta 1 unit di Depok (Jembatan Pa­nus) dan 55 alat pengukur curah hujan otomatis (ARR) yang tersebar di wilayah Jakarta, Bo­gor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) dan Banten.

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
RM ID
Banpos
Satelit