Tradisi Lebaran Berbagai Daerah di Indonesia

SERPONG - Selesai menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh di Ramadhan, umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia merayakan Idul Fitri. Idul Fitri adalah hari raya yang sangat ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Islam di seluruh dunia. Hari Raya Idul Fitri ini ditandai dengan selesainya umat Islam melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Idul Fitri berasal dari dua kata, yaitu id dan al-fitri. Secara bahasa, id berasal dari kata dalam Bahasa Arab yaitu "ada ya'uudu" yang dapat diartikan sebagai "kembali." Sedangkan kata al-fitri memiliki dua arti yaitu “suci dan berbuka.”
Jika suci dikaitkan dengan diri seseorang, berarti seseorang Muslim yang telah melaksanakan ibadah puasa selama tiga puluh hari di bulan Ramadhan, dia akan suci dari segala dosa yang telah dia perbuat sebelumnya. Sebagaimana Rasulullah saw mengatakan yang artinya: "Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka (Allah) akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis lain, Rasulullah Saw juga mengatakan yang artinya: "Barang siapa beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan dengan iman dan mengharapkan pahala (dari Allah), maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR Bukhari dan Muslim).
Dua hadis dari Rasulullah di atas cukup jelas mengatakan bahwa orang yang berpuasa karena iman dan mengharapkan pahala dan orang yang mengerjakan amalan-amalan di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka balasannya Allah akan ampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Sedangkan kata "berbuka" yang tersirat dalam arti al-fitri di atas adalah pada saat Idul Fitri umat Islam tidak ada lagi ada yang melaksanakan ibadah puasa dan semuanya berbuka. Terkait dengan ini, Rasulullah mengatakan, yang artinya: "Rasulullah berkata, ...dan tidak patut melakukan puasa pada dua hari tertentu, yaitu pada hari idul fitri dan hari idul adha" (HR Abu Said Al-Khudri).
Sebutan lain dari HarRaya a Idul Fitri dalam masyarakat Indonesia adalah Lebaran. Istilah Lebaran lebih populer ketimbang Idul Fitri. Mengacu pada Wekipedia Bahasa Indonesia bahwa Lebaran berasal dari akar kata Bahasa Jawa “Lěbar” yang berarti selesai atau sudah berlalunya bulan Ramadan. Istilah Lebaran tidak hanya digunakan untuk Hari Raya Idul Fitri, tapi juga digunakan untuk Hari Raya Idul Adha yang dirayakan oleh umat Islam setiap 10 Dzulhijjah.
Lebaran atau Idul Fitri sering juga disebut sebagai hari kemenangan bagi umat Islam dalam melawan hawa nafsu selama berpuasa. Karena umat Islam di Indoneisia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa dan kebudayaan yang berbeda-beda, maka cara untuk merayakan lebaran juga dilakukan dengan yang berbeda-beda dan memadukan unsur-unsur budaya dalam perayaannya.
Sebagai contoh, orang Islam di Kampung Sekru dan Kampung Sekru Tuare, Distrik Pariwari, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, memiliki tradisi unik dalam merayakan Lebaran. Selepas melaksanakan Shalat Idul Fitri 1446 H, masyarakat Muslim di dua kampung ini masih tetap bertahan di masjid untuk melakukan pengguntingan bagian ujung rambut anak balita sebagai simbol pensucian diri. Dalam tradisi ini imam masjid dan tokoh-tokoh agama setempat secara bergantian menggunting enam orang rambut anak kecil. Upacara pengguntingan rabut ini diyakini sebagai tanda permulaan kehidupan manusia, yang lebih suci dan bersih setelah berakhirnya bulan Ramadhan. Makna lain dari tradisi ini adalah doa dan harapan agar-anak mereka tumbuh dengan memiliki akhlak yang mulia dan selalu mendapatkan berkah dari Allah.
samping itu, ada juga masyarakat Islam Papua Barat yang membakar batu untuk merayakan Lebaran atau Idul Fitri. Bakar batu adalah masak makanan bersama yang melibatkan seluruh komponen masyarakat baik laki-laki maupun perempuan. Proses bakar batu dimulai dengan menggali tanah, memasukan batu-batu di dalamnya dan membakarnya hingga panas. Setelah batu-batu tersebut panas, maka proses berikutnya adalah meletakkan makanan-makanan seperti ikan, ubi, sayuran, dan daging ayam di atasnya dan kemudian ditutup dengan daun-daunan. Setelah makanan itu dianggap sudah matang, maka mereka makan bersama dari berbagai sukubangsa yang ada di situ. Bakar batu ini melambangkan kebersamaan dan gotong royong dalam masyarakat Papua (Diajeng Maharani Putri Dian Wati, bayuwangi.viva.co.id., 27 Maret 2025). Bakar batu bukan saja menciptakan keharmonisan antar sesama muslim, tapi juga dapat menciptakan keharmonisan antar umat beragama di Papua.
Contoh lain, di Yoyakarta kita mengenal tradisi Gerebeg Syawal yang dilaksanakan setiap 1 Syawal. Tradisi ini dilaksanakan oleh Keraton Yogyakarta sejak abad ke-16. Setiap 1 Syawal Keraton mengadakan arak-arakan gunungan, yaitu tumpukan hasil bumi seperti buah-buahan dan sayuran yang disusun menyerupai gunung. Gunung ini menyimbolkan sedekah sultan untuk rakyatnya, sebagai ucapan syukur atas berkah yang diterima selama bulan Ramadhan. Setelah didoakan gunungan tersebut diperebutkan oleh masyarakat. Mereka berkeyakinan dengan mendapatkan bagian dari gunungan akan membawa berkah dan kesejahtraan dalam hidup mereka. Tradisi ini tidak hanya sekedar simbol kedermawanan, tapi juga melambangkan betapa eratnya hubungan antara rakyat dengan Kerajaan (Diajeng Maharani Putri Dian Wati, bayuwangi.viva.co.id., 27 Maret 2025). Jika rakyat dan kerajaan dapat saling bekerjasama, maka segala program yang akan dijalankan oleh kerajaan untuk rakyat dapat terlaksana dengan baik.
Beda dengan tradisi lebaran di Papua Barat dan Yogyakarta, masyarakat di Desa Sungai Purun Besar dan Purun Kecil di Kecamatan Segedong dan Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat dalam merayakan lebaran saling. Pada malam takbiran (malam Idul Fitri), semua masyarakat Melayu Islam di dua kampung tersebut dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok melakukan kunjungan ke setiap rumah untuk melakukan takbiran dan diakhiri dengan doa. Selesai takbir dan doa, mereka dipersilahkan menyantap makanan berupa ketupat, bontong yang terbuat dari ketan putih dan lauk pauk, seperti daging, ikan, dan sambal udang yang disediakan oleh tuan rumah. Selesai dari satu rumah mereka berpindah ke rumah berikutnya. Jika dalam satu kampung itu ada 50 buah ruamah, maka semua rumah itu akan dikunjungi uktuk takbiran setiap rumah. Di samping itu salah seorang dari anggota kelompok ini juga membawa kaleng (seperti kaleng cat 1 kg). Kaleng ini digunakan sebagai tempat uang jika ada pemilik rumah yang dikunjungi akan memberikan sumbangan uang atau sedekah. Uang ini mereka kumpulkan dan diserahkan pada masjid yang ada di kampung.
Tradisi yang sama juga mereka lakukan selesai shalat Idul Fitri, cuma saja pada saat mengunjungi rumah orang sebagian jamaah Shalat Idul Fitri tidak lagi membaca kalimat takbir dan langsung saja membaca doa setiap kunjungan ke rumah orang. Selesai berdoa mereka dipersilahkan tuan rumah untuk mencicipi hidangan makanan yang telah disediakan oeleh tuan rumah. Makna dari kegiatan ini adalah menjalin hubungan erat sesama umat Islam, sesama anggota masyarakat di kampung tersebut, saling bermaaf-maafan dan saling mendoakan.
Bebagai tradisi yang ada untuk merayakan lebaran adalah cerminan dari masyarakat indonesia yang majemuk, menjunjung tinggi nalai-nilai agama dan budaya. Mereka tidak ingin masuknya agama dari luar dalam masyarakat dan menghilangkan budaya lokal mereka. Mereka ingin memadukan antara agama dan budaya sehingga bisa berjalan selaras.
Agama dalam konteks ini dipahami melalui budaya lokal yang ada di setiap daerah. Saling kunjung-mengunjungi dan saling maaf-maafan pada saat merayakan lebaran tidak hanya sejalan dengan ajaran agama Islam, tapi juga sejalan dengan budaya masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Saling mengunjungi dan saling memberi maaf satu dengan yang lainnya, tidaklah hanya berlaku pada saat lebaran saja, tapi bagaimana tradisi yang baik ini bisa tetap dilestarikan pada sebelas bulan ke depan.
M. Ikhsan Tanggok
Guru Besar Antropologi Agama, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nasional | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 18 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Internasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 22 jam yang lalu