Istri Wafat di Madinah, Karno Tegar Lanjutkan Ibadah Haji Seorang Diri

MADINAH - Karno Karta Semi (62 tahun) tidak pernah menyangka akan berpisah selama-lamanya dengan sang istri, Daimah binti Surwayo (65 tahun). Keduanya datang ke Tanah Suci dengan niat berhaji. Namun, Allah berkehendak lain, Daimah wafat sesaat tiba di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz, Madinah, Sabtu (3/4/2025) pagi waktu Arah Saudi.
Media Center Haji menemui Karno di Hotel SBUBoutiqe, Madinah, tempat menginap para Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Bandara. Dia dibawa Kepala Daker Bandara Abdul Basir ke hotel ini untuk beristirahat di sela pengurusan administrasi jenazah sang istri. Karno tampak tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya.
Di kamar nomor 405, tim MCH Daker Bandara menemui Karto sambil memberikan semangat. Matanya tampak berkaca-kaca meskipun dia berusaha terus terseyum ketika berbicara. "Saya sudah ikhlas," ucap Karno.
Saat mengobrol dengan tim MCH, bapak satu anak ini duduk di kasur sambil bagian kaki ditutup selimut. Dia masih memakai batik seragam jemaah haji dilapisi jaket abu-abu. Di awal bertemu, tanda pengenal (ID Card) sang istri masih diikut dikalungkan oleh Karno. Dia sempat memegangkan dan memandangi tanda pengenal istrinya tersebut.
Kamu kok tega ninggalin," ungkap Karno, dengan suara pelan.
Setelah itu, Karno menyimpan kartu tanda pengenal di tas paspor sang istri. Tas paspor Daimah terus dibawanya. Karno nampak tidak mau jauh dari tas tersebut.
Karno meminta tolong mengaktifkan roaming ponselnya. Saat itu, dia belum bisa menghubungi keluarga atau rekan di Kelompok Terbangnya (Kloter).
Setelah ponselnya bisa digunakan, HP Karno langsung menerima banyak notifikasi dari aplikasi WhatsApp (WA). Ada beberapa panggilan tak terjawab dan pesan teks masuk. Antara lain dari Ketua Kloter dan sang anak di kampung bernama Atin.
Selang beberapa menit, ponsel Karno berbunyi, ada panggilan masuk dari Atin. Panggilan diterima dan di-loudspeaker oleh Karno. Terdengar ada beberapa suara, laki-laki dan perempuan dari panggilan tersebut. "Bagaimana kabar Mbok?" tanya dari ujung telepon tersebut.
Dengan menghela napas panjang, Karno menjawab, "Bismillahirrahmanirrahim, wes (sudah) meninggal," lirihnya. Suara tangis histeris dan ucapan innalillahi wainnailaihirajiun terdengar dari ponsel tersebut. Karno terlihat tetap menenangkan dirinya disaat suara di telepon terus terdengar tangisan
Karno bercerita, sudah mendaftarkan haji sejak 2012. Dia bersama sang istri mendapatkan keuntungan dari hasil kebun kubis. "Saya waktu itu dapat Rp 40 juta, saya tambah Rp 10 juta langsung daftar haji," ungkapnya.
Hingga akhirnya pada Desember 2024, mereka mendapatkan kabar masuk daftar cadangan jemaah haji. Segalanya sudah dipersiapkan, namun sang istri terus gelisah karena kepastian berangkat atau tidak.
Kopernya baru diterima beberapa hari mau berangkat. Tapi alhamdulillah jadi berangkat," katanya.
Jenazah Daimah disalatkan di Masjid Nabawi usai Salat Maghrib. Lalu dimakamkan di Pemakaman Baqi, dekat Masjid Nabawi. Karno hanya ikut sampai tahapan memandikan jenazah saja. Setelah itu dia tidak kuat untuk mengikuti proses pemakaman.
Kini, Karno sudah ikhlas dan menerima semuanya. Dia sempat ingin pulang ke Indonesia, tetapi setelah ditenangkan Kepala Daker Bandara, akhirnya dia mengerti dan tetap akan melanjutkan rangkaian ibadah haji. Dia tetap semangat untuk berhaji, agar bisa mendoakan sang istri dari Tanah Suci. Untuk Daimah sendiri, Kementerian Agama akan membadalkan hajinya.
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu