Menengok Keseruan Festival Budaya Betawi di Pondok Aren: Identitas yang Harus Dilestarikan

PONDOK AREN – Suasana Pondok Aren, Tangerang Selatan, akhir pekan ini dipenuhi warna-warni khas Betawi. Ondel-ondel, palang pintu, hingga alunan gambang kromong mengiringi langkah masyarakat yang datang ke festival budaya Betawi yang digelar Karang Taruna Kecamatan Pondok Aren, Sabtu (26/7).
Kegiatan ini bukan hanya hiburan, tetapi juga menjadi pengingat bahwa akar budaya harus terus dijaga di tengah arus modernisasi.
Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Pilar Saga
Ichsan menegaskan bahwa Betawi adalah identitas yang tak boleh hilang dari kehidupan masyarakat Tangsel.
“Budaya Betawi jangan sampai tergerus oleh modernisasi. Tangerang Selatan adalah kota maju, tapi jangan melupakan akar budayanya. Festival seperti ini membuat anak muda mengenal Betawi bukan hanya dari baju atau lagunya, tapi juga nilai-nilai positif seperti gotong royong, kebersamaan, dan setiakawan,” ujarnya.
Menurut Pilar, salah satu warisan budaya yang perlu dijaga adalah pencak silat. Kota Tangsel bahkan sudah dua tahun mewajibkan muatan lokal pencak silat di sekolah-sekolah.
“Ini bukan sekadar olahraga, tapi jati diri kita. Kami bahkan menyediakan padepokan khusus di Jaletreng, Taman Kota 2, agar IPSI bisa berlatih dan melatih generasi muda. Jangan sampai anak-anak kita tumbuh tanpa tahu siapa mereka, tanpa mengenal budayanya,” jelasnya.
Selain Betawi, Tangsel juga dikenal sebagai kota yang majemuk. Ditandai dengan kekayaan budaya yang dimiliki sejak wilayah termuda se-Banten ini mulai berdiri. Tidak hanya Betawi, di Tangsel juga banyak masyarakat Sunda, Jawa, bahkan Tionghoa.
Pilar mengingatkan bahwa semua masyarakat, apapun latar sukunya, sebaiknya mengenal, mencintai, dan bangga pada budaya daerah.
“Kita bukan masyarakat universal tanpa identitas. Kita ini orang Tangsel. Kalau kita tahu bahasa Betawi, tahu keseniannya, itu membuat kita punya akar. Kalau ada festival, datanglah. Lihat lenong, ondel-ondel, gambang kromong. Itulah kekayaan kita,” tegasnya.
Lebih lanjut, Ketua Karang Taruna Kecamatan Pondok Aren, Andyka Prasetya menyebut, kegiatan ini merupakan wujud nyata anak muda menjaga kearifan lokal.
“Kami ingin generasi sekarang tidak melupakan tradisi. Ada 38 padepokan pencak silat yang tampil. Malamnya ada musik akustik dan band Betawi, insya Allah juga dihadiri Ipang Horehore,” ungkapnya.
Festival ini berlangsung dua hari penuh dengan beragam kegiatan. Hari pertama ada pertunjukan pencak silat, musik akustik, hingga hiburan Betawi, serta ada juga kehadiran salah satu seniman muda Betawi, Ipank Hore-hore.
"Hari kedua di pagi hari dimulai dengan senam bersama masyarakat, lenong, gambang kromong, tari-tarian, dan malam puncak dengan pembagian hadiah," tuturnya.
Tak hanya kesenian, lanjut Andyka, festival ini juga memberi ruang bagi 30 UMKM lokal untuk memamerkan produk mereka.
“Kami bekerja sama dengan Dekranasda Kecamatan Pondok Aren. Ada 15 UMKM binaan dan 15 dari perwakilan Karang Taruna kelurahan. Harapannya, budaya dan ekonomi lokal bisa tumbuh bersama,” tambah Andyka.
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pendidikan | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu