Menkes Ingatkan Para Ayah Soal Stunting
Daripada Beli Rokok, Mending Beli Telur...

JAKARTA - Persoalan stunting atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, masih menjadi pekerjaan rumah di Indonesia. Butuh kesadaran orang tua untuk memprioritaskan kebutuhan gizi anak agar stunting bisa dicegah.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan para orang tua memperhatikan kondisi anak-anak mereka. Terutama, para ayah.
“Jadi bapak-bapak, nggak usah merokok. Ibu boleh minta uang rokok bapaknya. Uangnya mending beli telur buat anaknya ya,” pesan Budi, saat meninjau Posyandu Cempaka III, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, kemarin.
Budi yang mengenakan batik dan topi snapback hitam berlogo Kemenkes didampingi oleh Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, serta pejabat Dinas Kesehatan setempat. Kedatangan mereka disambut ceria masyarakat setempat.
Eks Direktur Utama Bank Mandiri itu mengingatkan, kebiasaan merokok bisa menghilangkan kesempatan memberikan protein bagi bayi.
Padahal, protein hewani, yang salah satunya terkandung dalam telur, merupakan salah satu komponen penting dalam mencegah stunting.
“Jadi kalau bapak-bapak terus merokok, ini bisa menghilangkan kesempatan membeli telur yang merupakan salah satu sumber protein hewani,” ingatnya.
Harga sekilo telur, yang bisa dimakan bayi selama setengah bulan, sama dengan sebungkus rokok yang bisa dihabiskan dalam sehari.
Malah, berdasarkan hasil penelitian, dalam sehari, satu keluarga bisa membeli dua bungkus rokok.
Harga telur itu satu kilo, ini harga bisa berubah ya, sekitar Rp 26 ribu sampai 32 ribu kalau nggaksalah. Satu kilo bisa dapat 16 telur. Dengan uang Rp 30 ribuan bisa buat beli 16 telur buat bayi, selama 16 hari,” paparnya.
Budi juga mengingatkan, dalam pencegahan stunting setiap bayi harus terus dipantau pertumbuhannya. Jangan hanya ditimbang per enam bulan, tapi sebulan sekali.
“Kalau berat badan bayi nggak naik, nah ini udah termasuk ciri-ciri stunting. Cukup kasih telur sehari satu untuk menaikkan berat badannya,” ucap Budi di hadapan warga yang serius menyimak.
Mantan Direktur Utama PT Inalum (Persero) ini meminta masyarakat tidak menyepelekan pertumbuhan anak.
Kasus stunting atau tengkes diibaratkannya sebagai kanker stadium empat. Jika sudah parah, sulit disembuhkan.
“Jadi, kita harus kejar di stadium satu, stadium dua,” tegasnya.
Budi menyampaikan apresiasinya terhadap komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang konsisten dalam upaya menurunkan kasus stunting pada anak.
Di Ibu Kota, angka stunting bisa ditekan hingga di bawah 10 persen. Angka ini melebihi target Presiden Jokowi yang mematok target 24 persen pada 2024.
Dalam kunjungan itu, Heru Budi Hartono menemukan tiga kasus anak stunting, dari 15 anak, saat meninjau pemeriksaan kesehatan bulanan di Posyandu tersebut.
“Kita harus cepat bergerak,” imbau Heru.
Dia pun mengimbau orang tuaagar disiplin memperhatikan pertumbuhan anak. Mereka harus terus mengontrol tinggi dan berat badan anak setiap bulannya. Baik di Posyandu maupun Puskesmas.
Heru menegaskan, Kemenkes dan Pemprov DKI Jakarta dapat langsung melakukan intervensi memberikan gizi tambahan, seperti asupan protein, jika menemukan anak yang masuk dalam kategori stunting. rm.id
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Haji 2025 | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu