TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Mau Damaikan Rusia-Ukraina, Naik Kereta Api 12 Jam

Bismillah...Pak Jokowi Lancar Aman Selamat

Oleh: AN/AY
Rabu, 29 Juni 2022 | 09:41 WIB
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara tiba di Polandia. (Dok. Setpres)
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara tiba di Polandia. (Dok. Setpres)

JAKARTA - Usaha Presiden Jokowi untuk mendamaikan Rusia Vs Ukraina, dimulai hari ini. Usai menghadiri KTT G7 di Jerman, Jokowi langsung terbang ke Kota Rzeszow, Polandia. Dari sini, Jokowi berangkat menuju Kiev, Ibu Kota Ukraina, dengan naik kereta api. Waktu tempuh perjalanan diperkirakan selama 12 jam. Bismillah… semoga perjalanan Pak Jokowi lancar, aman, dan selamat.

Cuaca sedang cerah saat Jokowi dan Ibu Iriana tiba di badara Rzeszow-Jasionka, Polandia, sekitar pukul 11.50 siang, kemarin. Turun dari pesawat, Jokowi disambut Wakil Gubernur Provinsi Rzeszow, Rodoslaw Wiatr, Duta Besar RI untuk Polandia Anita Luhulima, dan Atase Pertahanan RI Kolonel Adi Triadi beserta istri. Rzeszow adalah salah satu kota di Polandia yang dekat ke perbatasan Ukraina. Jaraknya sekitar 80 kilometer menuju perbatasan.

Dari bandara, Jokowi tak langsung ke Ukraina. Namun, rehat dulu sejenak di hotel transit. Rombongan dijadwalkan berangkat menuju Kiev pada malam hari dengan menumpang kereta. Menurut Google Maps, jarak Rzeszow ke Kiev sekitar 708 kilometer. Atau kurang lebih Jakarta-Surabaya. Waktu tempuh menggunakan kereta sekitar sekitar 12 jam.

Sekretaris Kabinet, Pramono Anung ikut mengabarkan rencana perjalanan Jokowi ke Kiev. Di akun Instagram miliknya, Pramono mengunggah foto saat ia berbincang dengan Jokowi di dalam pesawat dalam perjalanan ke Polandia.

"Bismillah Presiden @jokowi dalam perjalanan ke Polandia dengan pesawat dan setelah itu langsung ke Ukraina dengan menggunakan kereta api selama 12 jam," tulis @pramonoanungw. 

Dari Polandia, lanjut Pramono, Jokowi akan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menjalankan misi perdamaian.

"Presiden @jokowi selalu mengecek setiap kegiatan dengan detail, termasuk perjalanan ke Ukraina dan Rusia, dalam rombongan yang sangat terbatas," tulis Pramono.

Unggahan politisi PDIP itu mendapat banyak komentar. Sebanyak 228 pengguna menuliskan komentar. 

Pengamat militer dan keamanan, Susaningtyas Kertopati mendoakan semoga misi perdamaian Jokowi ini berjalan aman dan lancar. "Presiden Jokowi sukses dalam misi perdamaian ini," ujarnya, melalui akun @susaningtyasnefokertopati. 

Pemilik akun @chaidirakbar mengharapkan hal serupa. "Bismillah semoga dilancarkan misi perdamaian yang akan dibawa dan dijaga kesempatan Mas Pram dan rombongan," harapnya

Jelang keberangkatan ke Ukraina, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengintensifkan komunikasi dengan Ukraina dan Rusia.Retno juga menyampaikan pihaknya berkomunikasi dengan Presiden Palang Merah Internasional, UN-OCHA (The United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs), Menteri Luar Negeri Turki, hingga Sekjen PBB. 

"Tentunya komunikasi juga terus kita lakukan dengan Ukraina dan Rusia sendiri," imbuh Retno.

Sebelum berangkat untuk memulai lawatan ke luar negeri, Jokowi menyampaikan misinya ke Ukraina dan Rusia adalah membangun dialog, menghentikan perang, dan membangun perdamaian.

Di Ukraina, Jokowi akan bertemu dengan Zelensky. Pertemuan dengan Zelensky, guna mendorong terbangunnya perdamaian antara Ukraina dan Rusia sebab harus menghentikan perang, dan rantai pasok komoditas pangan harus aktif kembali. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu akan membawa misi serupa dalam pertemuannya dengan Putin.

Apakah misi Jokowi mendamaikan Rusia-Ukraina akan berhasil? Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto Juwana menyampaikan, keberhasilan misi yang diemban Jokowi ini sangat besar.

Kata dia, ada lima alasan yang mendukung keberhasilan misi ini. Pertama, Rusia dan Ukraina telah lelah berperang. Rusia yang menargetkan operasi militer khusus berlangsung cepat ternyata belum berakhir hingga sekarang.

"Sementara Ukraina telah banyak menderita akibat serangan ini yang memunculkan tragedi kemanusiaan," kata Hikmahanto, kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group), kemarin. 

Kedua, legitimasi dari kedua pemimpin di masyarakat masing-masing semakin tergerus. Ketiga, saat ini Rusia dan Ukraina sedang mencari jalan untuk mengakhiri perang. Namun secara bermartabat. Mereka tidak ingin kehilangan muka. Bila Rusia menghentikan serangan secara sepihak, ini akan berakibat pada hilangnya muka Presiden Putin dan Rusia.

"Demikian pula bila Presiden Zalensky menyerah, maka Zalensky akan kehilangan muka di mata masyarakatnya," ungkap Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani ini.

Keempat, lanjut dia, hingga saat ini tidak ada negara yang berinisiatif untuk mengupayakan gencatan senjata. Turki dan Israel pernah mengupayakan perdamaian, tapi gagal. 

Terakhir, gencatan senjata bila terjadi harus dimulai dari Rusia. Dan menurut dia, ada peluang Rusia ingin menghentikan ini. Indikasinya, Rusia bersedia menerima kunjungan Jokowi meski Rusia tahu Indonesia adalah ko-sponsor dari sebuah Resolusi Majelis Umum PBB yang disponsori oleh Amerika Serikat yang mengutuk serangan Rusia sebagai suatu agresi.

"Bila Rusia tidak memiliki keinginan untuk menghentikan perang, tentu Rusia akan menolak kehadiran Presiden Jokowi yang menganggap Indonesia telah berpihak pada AS dan sekutunya," pungkasnya. (rm.id)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo