Dishub & DPRD Tarik Ulur Pensiunkan Armada
417 Bus Transjakarta Uzur & Jadi Rongsokan
JAKARTA - Ratusan bus Transjakarta kondisinya sudah sangat mengenaskan. Tak hanya sudah berusia tua dan tak beroperasi lebih dari tujuh tahun, armada tersebut sudah jadi rongsokan.
Melihat kondisi tersebut, Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta mengusulkan penghapusan 417 unit bus Transjakarta. Sekretaris Dishub DKI Jakarta, Ismanto mengatakan, pihaknya mengusulkan penghapusan karena kondisi kendaraan sudah tua dan rusak berat.
Usulan penghapusan ratusan bus itu sudah diajukan sejak 2018. Bus-bus ini sudah tidak beroperasi selama tujuh tahun. Bahkan, kondisi 21 unit bus yang berada di Terminal Pulo Gadung sudah tidak utuh lagi. Hanya tinggal potongan kursi, velg dan tabung Bahan Bakar Gas (BBG).
Kondisi itu terjadi lantaran bus yang disimpan di dalam pool dan terminal tidak mendapat penjagaan. Sehingga, masyarakat umum bisa memasuki kawasan tersebut tanpa sepengetahuan Dishub DKI Jakarta.
“Ada isu dilakukan penjarahan, jadi terdapat 21 bus (tidak utuh). Nanti akan kami klarifikasi lebih lanjut,” kata Ismanto saat rapat dengan Komisi C DPRD DKI Jakarta, Rabu (8/3).
Ratusan bus BBG dan solar tersebut, lanjutnya, terdiri dari berbagai merek. Yakni, Zhongtong, Yutong, Hino, Mercedes, Hino, Hyundai, Komodo, Ankai hingga Inobus.
417 unit bus Transjakarta ini berada di sejumlah lokasi. Yakni, di Kantor Transjakarta di Jakarta Timur, Pool Pinang Ranti di Jakarta Timur, Pool Rawa Buaya di Jakarta Barat, Pool Bus Sekolah Jek di Jakarta Timur, Pool Pesing di Jakarta Barat, Pool Bianglala di Tangerang Selatan, Terminal Terpadu Pulo Gebang di Jakarta Timur dan Terminal Pulo Gadung di Jakarta Timur.
Untuk mematuhi ketentuan peraturan terkait penghapusan aset, Ismanto menyatakan, pihaknya siap melakukan peninjauan dan pengkajian ulang seperti yang diminta Komisi C DPRD.
“Komisi C meminta data proses pengadaan mulai beroperasi hingga waktu tak beroperasi,” jelasnya.
Kepala Badan Pengelola Aset Daerah (BPAD) DKIJakarta Reza Pahlevi menuturkan, ada usulan ratusan bus Transjakarta tersebut dilelang secara terbuka.
“Adapun alurnya dimulai dengan Gubernur mengirim surat kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tentang permohonan persetujuan dari nilai limit yang telah kita lakukan penilaian,” kata Reza.
Berdasarkan taksiran Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP), nilai lelang ratusan bus itu sekitar Rp 21,3 miliar. Lelang aset ini mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Dalam Pasal 337 ayat 2 dan 5 disebutkan, pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan atau bangunan dengan nilai lebih dari Rp 5 miliar dilakukan oleh pengelola barang setelah mendapat persetujuan dari DPRD.
Sekretaris Komisi C DPRD DKI Jakarta Yusuf mengatakan, pihaknya tidak mau terburu-buru menyetujui permohonan penghapusan aset 417 unit bus Transjakarta. Sebelum memberikan persetujuan, pihaknya ingin memvalidasi dulu data yang diusulkan.
“Kita ingin survei ke lokasi, jangan sampai kita salah dalam memutuskan penghapusan aset tersebut,” ujarnya.
Sementara anggota Komisi C Lukmanul Hakim, mengaku heran dengan kondisi puluhan bus yang sudah tidak utuh lagi. Dia meminta penjelasan dulu secara detail tentang kondisi bus.
“Maksudnya, dari bus yang tersisa, bagaimana kondisi detailnya,” ujar Lukmanul Hakim.
Sementara anggota Komisi C lainnya, S. Andyka meminta Ketua Komisi C DPRD DKI Habib Muhammad bin Salim Alatas tidak menyetujui permohonan penghapusan bus. Menurutnya, harus dilakukan penyelidikan lebih jauh soal hilangnya komponen bus.
“Pengadaan bus lebih dari Rp 400 miliar, kok keluarnya jadi sampah,” sentil Andyka.
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang mendukung usulan penghapusan ratusan bus Transjakarta. Menurut dia, bus memiliki masa pakai sehingga dalam kurun waktu tertentu harus diganti.
“Dalam PSO (Public Service Obligation) ditetapkan masa pakai bus itu hanya tujuh tahun,” kata Deddy kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group) Kamis (9/3).
Terlepas kondisi rusak parah atau tidak, ditegaskannya, jika sudah melewati masa pakai, bus harus diganti, meski kondisi fisiknya masih lengkap.
Alasannya, diungkap Deddy, performa dan resiliensi bus sudah tidak maksimal. Kondisi tersebut dapat mengganggu kenyamanan dan membahayakan penumpang.
“Kondisi bus yang tidak laik kerap menimbulkan kecelakaan,” ingatnya.
Selain itu, beber Deddy, pengajuan penghapusan ini dapat dijadikan momentum untuk peralihan bus Transjakarta berbahan bahan gas atau solar ke bus listrik.
“Transjakarta harus menjadi prioritas penerima subsidi kendaraan listrik,” imbuhnya.
Deddy menilai, nilai ekonomi bus Transjakarta yang merosot, bukan kerugian. Sebab, selama beroperasi sudah terbayarkan berupa layanan kepada masyarakat dan penjualan tiket. rm.id
TangselCity | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 17 jam yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Nasional | 11 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu