Ratusan Peserta Dibekali Analisa Deteksi Dini Konflik Sosial Dan Agama

CIPUTAT-Kementerian Agama RI menyelenggarakan “Pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial Keagamaan Angkatan X,XI dan XII”. Pelatihan berlangsung selama enam hari, 6-11 Maret, berlokasi di Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Ciputat.
Peserta yang ikut pelatihan tahap kedua mencapai 408 orang, terdiri dari para penyuluh agama dan perwakilan Pengurus FKUB di lingkungan DKI Jakarta, meliputi FKUB Provinsi DKI Jakarta, FKUB Jakarta Selatan, FKUB Jakarta Timur, FKUB Jakarta Utara dan FKUB Jakarta Barat serta FKUB Jakarta Pusat dan FKUB Kabupaten Kepulauan Seribu serta kota-kota penyangga ibukota Jakarta, seperti Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Tangerang dan Kota Tangsel serta Kota Bogor.
Kepala Pusdiklat Dr Mastuki menyampaikan kegiatan ini dilakukan untuk membentuk tenaga yang mampu melakukan deteksi dan prevensi konflik keagamaan. Karena ini memang serius, dan supaya lebih fokus perlu dilakukan dengan waktu yang panjang, yakni selama enam hari. Mereka digembleng oleh para pemateri handal. “Pelatihan yang cukup melelahkan tetapi menarik penuh tantangan, pelatihan ini dibina langsung oleh para mentor handal,” ujarnya.
Bahkan, materi materi dari pelatihan ini standar internasional. Maka lulusan terbaik akan dikirim ke Swiss untuk mendapatkan sertifikat mediator atau negosiator kualifikasi internasional, sepanjang memenuhi persyaratan lainnya. Dari jumlah 408 peserta bakal menjadi agen moderasi beragama. Mereka berasal dari perwakilan 6 agama, Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha dan Khonghucu. Ini menjadi komitmen menjaga NKRI sehingga terukur.
Pemerintah melakukan upaya ini dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam menjaga ibu pertiwi ini perlu dilakukan dari berbagai lini. Dengan melibatkan sekian banyak komponen kemasyarakatan, baik yang formal dan non formal.
Pelatihan ini untuk kedua kalinya. Fase pertama diikuti 200 peserta, untuk angkatan I-VI yang mana peserta, seluruhnya pegawai lingkungan lingkungan Kemenag. Dilakukan pada tahun 2022 lalu. Sedangkan tahun 2023, ini merupakan fase kedua terdiri dari angkatan VII - XII dengan total 208 peserta.
Dalam diskursus ini perlu disadari bahwa salah satu sumber dari perpecahan adalah suku dan agama. Yang mana keduanya melahirkan peradaban. Oleh sebab itu peradaban adalah hal yang paling gampang timbulnya malapetaka. Maka dari itu, bagaimana memperkuat komitmen budaya dan keagamaan menjadi poin penting. Selain itu perlunya saling menghormati dan komitmen kebangsaan demikian juga harus mengedepankan agar menghargai kearifan loka,” ujarnya.
Ketua FKUB Tangsel Fachruddin Zuhri menyampaikan bahwa Pelatihan Deteksi Konflik Sosial Keagamaan ini sangat penting dan membantu bagi dirinya yang sebagai Pengurus FKUB Kota Tangsel. “Di mana kami berada di grassroots berhadapan langsung dengan dinamika masyarakat, ilmu analisa jaringan, analisa pemangku kepentingan, dan analisa resiko setiap proses negosiasi dalam mediasi benar-benar dibutuhkan.(din)
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 10 jam yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Olahraga | 13 jam yang lalu
Pos Tangerang | 5 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu