Menyoal Gerakan Mahasiswa di Indonesia
MAHASISWA ialah bagian golongan pemuda yang mempunyai kekhasan dan daya tarik tersendiri. Dalam konteks sejarah Indonesia, telah banyak tercatat bagaimana sumbangsih atau peran signifikan gerakannya, mulai dari masa prakemerdekaan hingga era reformasi. Setiap momentum besar menghadapi persoalan ataupun menentukan arah gerak bangsa, mahasiswa selalu menjadi panji kemenangan dengan pergerakan yang tidak ada habisnya. Tentu ini tak akan terbantahkan.
Pembicaraan mengenai bagaimana pergerakan mahasiswa, barangkali telah menjadi bahasan pokok di semua kalangan masyarakat. Terutama dalam konteks keperdulian mahasiswa dalam merespons permasalahan, ataupun menentukan arah gerak bangsa. Bahkan, gerakan mahasiswa dapat dikatakan tidak pernah absen dalam menanggapi setiap upaya depolitisasi, dehumanisasi yang dilakukan penguasa. Tidak hanya itu, malahan setiap praktek ketidakadilan, ketimpangan, pembodohan serta penindasan terhadap hak rakyat.
Dalam membangun peran demikian, sebetulnya motivasi mahasiswa itu berangkat berlandaskan pada panggilan hati nurani atas keperduliaannya, terhadap permasalahan bangsa serta agar dapat memberikan sumbangsih, memperbaiki arah gerak dan kualitas bangsa. Jika mengkaji sejarah kontemporer para pemimpin dunia masa lalu, dapat dipastikan kejayaan serta kemenangannya terjadi sebab dukungan mahasiswa. Mahasiswa telah menorehkan tinta emas dalam momentum-momentum besar perjalanan bangsa yang dicatat sejarah.
Misalnya saja, di China 4 Juni 1989 meledak suatu gerakan monumental mahasiswa, dalam memperjuangkan perubahan sosial politik China. Tuntutan yang dibawa sangat jelas, yakni menggulingkan pemerintah republik rakyat sosialis Pimpinan Partai Komunis, dan menggatikannya dengan republik borjuis model barat. Namun malah memakan korban yang sangat besar dipihak mahasiswa di penghujung abad 20 itu, ulah sebab tembakan senjata dan gilasan kendararan lapis baja.
Fenomena demikian, menjadi inspirasi dinamika pergerakan mahasiswa di negara lain, walaupun mereka gagal menggulingkan rezim yang berkuasa. Mahasiswa sebetulnya menjadi huru-hara politik secara langsung, bahkan dari waktu ke waktu mahasiswa berhasil merangsang perubahan sosial. Termasuk gerakan mahasiswa di Indonesia tahun 1998, sampai dengan meruntuhkan rezim otoriter (Soeharto). Barangkali dapat disimpulkan, sejarah telah mencatat mahasiwa di saat itu telah menjalankan fungsi dan perannya sebagai mahasiswa.
Mengkaji Pergerakan Mahasiswa
Mahasiswa ialah mereka yang secara resmi menutut ilmu di Universitas, Institut, ataupun Sekolah Tinggi. Mahasiswa merupakan panggilan yang sangat prestisius. Bagaimana tidak, banyak gelar yang menggelegar seperti agent of change, calon pemimpin bangsa dan sebagainya. Seiring dengan julukan itu, sebenarnya ada konsekuensi identitas sebagai mahasiswa. Menurut Indra Kusumah dalam Risalah Pergerakan Mahasiswa (2007), setidaknya ada tiga aspek yang menjadi konsekuensi identitas mahasiswa.
Pertama, Aspek akademis, yakni tuntutan kepada mahasiswa untuk selalu belajar, mahasiswa sebagai sivitas akademika harus memiliki keunggulan intelektual, sebagai modal dasar kredibilitas intelektual. Kedua, Aspek organisasional, yakni konsekuensi bagi mahasiswa untuk mempelajari banyak hal di luar kelas, terutama ilmu yang hanya bisa dipelajari dalam organisasi, seperti kepemimpinan, human relation, tim building dan sebagainya.
Ketiga, aspek sosial politik, yakni tuntutan kepada mahasiswa untuk melihat, mengetahui, menyadari kondisi masyarakat yang dirundung krisis multidimensional, mahasiswa harus membangun aksi menentang ketidakadilan dan otoriterianisme kekuasaan. Kemudian, tak pantas seseorang disebut mahasiswa jika tak memenuhi konsekuensi identitas tersebut, dengan pemenuhan konsekuensi tersebutlah menjadikan mahasiswa memiliki kebermaknaan.
Dalam piramida struktur sosial masyarakat, mahasiswa ialah kelompok yang terletak dalam kelas menengah. Jadi, mereka mudah berinteraksi dengan masyarakat kelas bawah, dan mudah juga berinteraksi secara vertikal dengan kelompok kelas atas (Pemerintah). Sehingga, dapat diartikan mahasiswa ialah jembatan aspirasi masyarakat ke pemerintah.
Namun, jika mengkaji bagaimana pergerakan mahasiswa hari ini, mahasiswa banyak kekurangannya. Mahasiswa kurang memunculkan gagasan dan mengeksekusi gagasan. Mahasiswa hari ini menyukai segala hal yang instan dan menolak yang rumit, sehingga mereka tidak mau untuk menganalisa permasalahan, padahal masyarakat butuh solusi. Sungguh menyedihkan, mahasiswa tidak lagi mampu menunjukan kadar intelektualnya, tidak lagi mampu memunculkan alternatif solusi atas permasalahan.
Tidak hanya itu, gerakan mahasiswa tidak lagi dibangun dengan penguasaan wacana yang diusung. Contohnya saja, seorang mahasiswa turun aksi mahasiswa, ikut berteriak lantang menolak RUU, akan tetapi tidak paham alasan penolakan dan bagian mana yang ditolak. Mahasiswa hari ini cenderung tidak mampu menyampaikan gagasan nan brilian lagi ilmiah, tidak lagi mampu memberikan kritik argumentatif arahan perubahan sosial yang sistematis dan metodologis.
Selanjutnya, sebab tidak berkaca pada sejarah, pergerakan mahasiswa seolah-olah mengalami kelesuan. Mengutip ungkapan sahabat saya bung fahrian dari Medan, dahulu mahasiswa gandrung akan pergerakan dan pemikiran sebagai suatu jalan menuju kesejahteraan, penuh konflik politik dan ideologi dengan semangat revolusioner yang gila-gilaan. Mereka berebut ideologi dan partai mana yang akan menjadi dasar negara serta memimpin negara, tentu hal wajar karena mereka ingin lepas dari penderitaan, setelah lepas dari penjajajahan, penindasan, dan kesulitan kehidupan termasuk ekonomi.
Berbeda dengan mahasiswa hari ini, yang cenderung damai, orang-orang nyaman menjalankan kehidupan tanpa agresi atau penindasan dari orang-orang asing, yang menyebabkan keterlenaan, hingga mahasiswa banyak yang mulai apatis, bersifat hedonis dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu rasanya membangun kembali gerakan mahasiswa yang bermutu, sebagai proses perbaikan yang diperlukan dalam kehidupan, yang menuntut keberanian untuk memasuki babak baru.
Membangun Gerakan Mahasiswa
Segala ragam perlawanan yang dilakukan oleh gerakan mahasiswa, ialah bentuk kerangka koreksi dan kontrol perilaku politik penguasa, yang melenceng dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Melihat kondisi bangsa yang terus-menerus mengalami keterpurukan, maka membangun kembali gerakan mahasiswa ialah hal mendesak yang harus diwujudkan. Gerakan mahasiswa harus mampu memberikan solusi terhadap persoalan bangsa.
Seyogyanya, mahasiswa harus bersatu atas kepentingan rakyat, mahasiswa harus memupuk kembali kekuatan diri, untuk membangun gerakan moral sebagai alat koreksi dan kontrol sosial. Dalam posisi demikian, mahasiswa harus menjadi pelaku gerakan, tidak hanya penonton saja. Mahasiswa juga harus mampu berfikir apa yang harus dilakukan, dan seberapa besar tenaga yang harus dipersiapkan. Sudah saatnya mahasiswa berkaca namun tidak larut pada romantisme sejarah. Mahasiswa harus kembali menghadirkan nilai-nilai idealisme mahasiswa yang telah tergusur oleh budaya hedonis.
Sebagai penutup, mahasiswa ialah tonggak sejarah masa lalu dan masa depan bangsa. Jika mahasiswa dalam bangsa itu, menjalankan fungsi dan peran serta konsekuensi identitasnya sebagai mahasiswa, maka akan cenderung baik dan tentram bangsa tersebut, begitu juga sebaliknya. Mahasiswa harus membangun gerakan yang bijak melihat kondisi ketidakmenentuan saat ini, jangan sampai mahasiswa larut dan terjebak dengan problem kekinian yang kian kompleks. Gerakan mahasiswa harus berumur panjang, dan berpikir jauh ke depan. Semoga dengan gerakan mahasiswa tersebut, maka terwujudlah masyarakat yang adil makmur. Panjang umur perjuangan Hidup Mahasiswa!
TangselCity | 14 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 22 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
TangselCity | 15 jam yang lalu