Mau Ketemuan, Puan Tak Mau Goda AHY Keluar Koalisi
JAKARTA - Upaya PDIP untuk memulihkan hubungan dengan Demokrat bukan gimmick. Meskipun beda koalisi, PDIP lewat Puan Maharani bakal ketemuan dengan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Namun, Puan mengaku tak akan goda AHY keluar dari koalisi.
Rencana pertemuan Puan dengan AHY diungkap Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto. Kata Hasto, dalam pertemuan itu, Puan yang mewakili AHY akan mengedepankan etika politik. Yakni, menghormati parpol yang telah membentuk koalisi.
"Jadi, partai yang sudah bergandengan tangan, yang sudah membentuk kerja sama, kami hormati," tutur Hasto di Dermaga Kade Inggom, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, kemarin.
Meskipun tidak ada kaitannya dengan koalisi, kata Hasto, komunikasi politik antar parpol tetap harus dibangun. "Kita bisa berbeda secara politik, tetapi ketika ada ruang-ruang dialog. Apalagi untuk kepentingan rakyat, bangsa, dan negara," ucap Hasto.
Hanya saja, ia sedikit menyinggung posisi Demokrat di Koalisi Perubahan. Lagipula, lamaran Anies Baswedan ke Demokrat belum juga turun. Sehingga, tak ada salahnya Puan dan AHY berdialog.
"Itulah uluran tangan dari PDI Perjuangan dengan mengedepankan semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Dan itu hal yang positif, kami cek responsnya dari responden ternyata sangat positif," kata Hasto.
Menanggapi itu, Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief menyambut baik ajakan pertemuan itu. Menurutnya, pertemuan Puan dengan AHY akan baik secara politik. Jika tak ada aral melintang, pertemuan tersebut merupakan yang pertama, sejak 2004. Artinya, hampir 20 tahun Demokrat dan PDIP tak pernah bertemu dalam forum resmi.
Andi berharap, generasi selanjutnya harus bisa melakukan transformasi politik. Bukan hanya Demokrat dan PDIP, melainkan semua parpol. "Untuk menyadari, bahwa tantangan-tantangan ke depan harus diatasi secara bersama," ujarnya.
Sayangnya, kapan dan dimana mereka bertemu, Andi belum mengetahuinya. Ia menganggap, terlalu kecil jika keduanya hanya membahas capres-cawapres.
"Ide besarnya ke-Indonesia-an ke depan yang harus kita bicarakan bersama. Sekali lagi kami menyambut baik dan kita memang selama ini berpolitik secara baik-baik bekerja sama dengan seluruh partai dengan cara yang baik juga," ujarnya.
Sebagai generasi baru dalam politik Indonesia, Andi berharap pertemuan AHY dan Puan bisa menghilangkan dendam, atau baper politik di masa lalu. "Bahwa rasa sakit, kemudian ketidakterimaan dengan ikhlas masa lalu harus segera kita tinggalkan. Kita menatap ke depan bersama, tapi jangan dipandang soal capres-cawapres saja, tapi menyeluruh," imbuhnya.
Seperti diketahui, hubungan PDIP dan Demokrat selama ini memang tidak baik. Dalam peta politik nasional, kedua partai tidak pernah berada dalam 1 koalisi termasuk pemerintahan. Saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden periode 2004-2014, PDIP memilih berada di luar koalisi.
Sebaliknya, saat PDIP berkuasa lewat kepemimpinan Presiden Jokowi, Demokrat memutuskan berada di luar pemerintahan. Bahkan di Pilpres 2024, PDIP-Demokrat kembali berbeda jalan dalam urusan koalisi.
Menariknya, Puan belum lama ini malah menyebut AHY masuk dalam kandidat cawapres Ganjar. Padahal, saat ini, AHY sudah masuk dalam Koalisi Perubahan yang mendukung Anies Baswedan sebagai capres.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menyebut, ada dua hal yang akan dibicarakan. Pertama, politik kebangsaan. Bagaimana PDIP dan Demokrat menyamakan persepsi soal kebangsaan.
Menurut Adi, selama ini Demokrat dan PDIP bagaikan minyak dan air yang sulit disatukan. Demokrat sering mengkritik kebijakan Pemerintah. Sebaliknya, PDIP mengklaim yang dilakukan Pemerintah on the right track.
Kedua, politik elektoral. Yakni, kemungkinan PDIP berkoalisi dengan Demokrat. "Pernyataan Puan yang menyebut AHY salah satu sosok potensial mendampingi Ganjar, itu statement politik yang serius. Mengingat Puan adalah reputasi politik dari PDIP," ulas Adi.
Ia menafsirkan pertemuan keduanya sebagai babak baru hubungan PDIP dengan Demokrat. Melihat perjalanan politik PDIP selama ini, seakan mengharamkan berkoalisi dengan Demokrat, dan PKS, karena dianggap sebagai oposisi.
"Sangat terbuka akan terjadi islah dan rekonsiliasi politik. Ada transformasi di internal PDIP. Bahwa dengan kubu yang selama ini berhadap-hadapan sekalipun, PDIP mungkin berkoalisi. Makanya penjajakan ini sangat positif bagi partai yang dipersepsikan tidak akur, tidak harmonis," terang Adi.
Sementara, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, pertemuan Puan dengan AHY menguatkan tafsir jika Koalisi Perubahan dianggap sebagai ancaman. Padahal, poros PDIP saat ini sudah cukup, tanpa dukungan Demokrat.
Dedi berpesan, Demokrat perlu berhati-hati. Jangan sampai orientasi PDIP hanya untuk gagalkan Koalisi Perubahan mengusung Anies. "Mereka perlu belajar dari 2019. Di mana bacawapres bisa berubah di detik akhir," cetusnya.
Namun, pembahasan secara normatif tentu mengarah pada negoisasi kerja sama politik, tetapi ini akan berlangsung formal. Lagipula, Demokrat sudah memahami watak politik PDIP. "Prabowo yang nyata-nyata tidak miliki persoalan dengan PDIP saja mereka khianati, terlebih Demokrat," tukas Dedi.
Sehingga, hasil pertemuan tak lebih dari sekadar safari politik, tanpa komitmen. Secara hitung-hitungan, AHY jauh lebih potensial bersama Anies. Sementara PDIP sendiri, jauh lebih siap jika cawapres Ganjar ditentukan hanya oleh PPP, Perindo, PAN.
"Ini berdasar partai yang sudah silaturahim ke PDIP. PPP sendiri wacanakan usung Sandiaga. PAN dengan Erick Thohir, lalu Perindo ada TGB (Muhammad Zainul Majdi). Itu sudah cukup banyak pilihan. AHY disebut hanya untuk propaganda dan ganggu konsentrasi," pungkasnya.
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu