Yenny Dan Khofifah Masuk Bursa Cawapres Ganjar
Banteng Dipuji Kaum Hawa
JAKARTA - PDI Perjuangan membuka peluang mengusung bakal calon wakil presiden (cawapres) perempuan untuk mendampingi Ganjar Pranowo. Banteng pun menuai pujian. Sebab, afirmasi partai politik terhadap kaum perempuan masih amat minim.
“Kami sebagai kaum perempuan, akan sangat senang ada keterwakilan di pucuk pimpinan nasional. Ini mengobati sulapan-sulapan partai untuk memenuhi kuota 30 persen di pencalonan legislatif di berbagai tingkatan,” kata pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Lely Arrianie saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, kemarin.
Namun demikian, Lely mengakui, kader perempuan potensial untuk bertarung di tingkat nasional cukup minim. Meski demikian, melihat konfigurasi peta koalisi partai, masih ada kemungkinan sosok perempuan yang terbatas ini masuk dalam arena pertarungan.
Menurutny, saat bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan diumumkan Partai NasDem, sosok pendamping perempuan, yakni Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sudah santer disebut.
Namun, hingga kini belum terwujud karena dinamika di internal Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), yakni PKS dan Demokrat saling kunci posisi cawapres.
Meski demikian, nama Khofifah bisa menjadi jalan tengah untuk memecah kebuntuan dengan deal dan kesepakatan tertentu dengan partai di koalisi ini.
Dikatakan, Khofifah maupun figur perempuan lain seperti Yenny Wahid memang bisa menjadi jalan keluar bagi seluruh koalisi. Selain punya modal latar belakang organisasi masyarakat terbesar, yakni Nahdlatul Ulama, mereka juga sarat pengalaman organisasi.
Terutama, Khofifah yang saat ini menjadi kepala daerah provinsi besar sekaligus punya akar rumput perempuan lewat Muslimat-nya.
“Tak heran, selain disebut di kubu Anies, Khofifah belakangan masuk ke radar Ganjar. Jadi alternatif ketika masing-masing partai pengusung keukeh mengajukan kadernya,” tuturnya.
Lantas, mengapa PDIP tidak menyebutkan nama kader sendiri? Seperti Puan Maharani maupun Tri Rismaharini? Kata Lely, khususnya di poros PDIP, agak sulit mengajukan kader sendiri. Sebab, partai pengusung akan keberatan.
Selain itu, dua srikandi banteng itu elektabilitasnya masih minim. Waktunya tak cukup untuk mengejar ketertinggalan.
Risma pernah hampir menasional, tapi kerap blunder. Mbak Puan, ini potensial tapi elektabilitasnya stagnan. Kalau harus perempuan, maka akan cari kader eksternal di luar partai pengusung. Tinggal siapa sosok perempuan yang paling diterima dengan akomodasi tertentu agar mesin politik seluruh partai berjalan,” jelasnya.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat menyebut dua nama kader perempuan yang dipertimbangkan menjadi cawapres Ganjar.
“Monggo, silakan, kalau perempuan contohnya Mbak Yenny Wahid, Ibu Khofifah,” tutur Djarot di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.
Meski demikian, Djarot menyebut pihaknya masih harus memetakan nama cawapres Ganjar agar sesuai dengan visi-misi dan mendukung percepatan pembangunan yang telah dilakukan Presiden Jokowi. “Semua nama akan dievaluasi,” ujarnya.
Serupa, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto sebelumnya juga menyebut, partainya tak terlalu mempertimbangkan gender dalam pemilihan cawapres Ganjar.
PDIP, kata dia, tidak pernah membedakan pemimpin atas dasar latar belakang, jenis kelamin, sipil atau militer, birokrasi atau non-birokrasi.
“Tentu berdasarkan aspek-aspek elektoral, kami juga mencermati kemungkinan adanya kandidat perempuan,” ujar Hasto usai menghadiri peresmian Kapal Rumah Sakit Laksamana Malahayati di Pelabuhan Tanjung Priok, Sabtu (10/6).
Soal afirmasi terhadap perempuan, kata Hasto, PDIP mengumumkan Ganjar sebagai capres pada Hari Kartini, 21 April. Tanggal mewakili spirit perempuan.
Dia juga mengatakan, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri ingin perempuan di Indonesia mewarisi semangat Laksamana Hayati, pahlawan yang namanya dijadikan nama kapal rumah sakit.
Loyalis Yenny Wahid yang juga Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Barisan Kader atau Barikade Gus Dur, Pasang Haro Rajagukguk mengapresiasi penyebutan nama Yenny sebagai cawapres Ganjar.
Menurutnya, Yenny dianggap paket lengkap mendongkrak capres manapun. Sebab, selain perempuan, Yenny aktivis NU sekaligus putri Presiden Keempat KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Yenny juga punya pengalaman politik dan organisasi yang panjang.
Namun demikian, Barikade Gus Dur, kata dia, sampai sekarang belum menentukan pilihan.
“Siapa kira-kira capres yang mempunyai misi dan visi memperjuangkan aspirasi perempuan dan rakyat seperti yang diperjuangkan oleh almarhum Gus Dur,” kata Pasang Haro kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos) kemarin.
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 9 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Galeri | 19 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu