Founder Bank Sampah Jaya Danakirti Ingatkan Pentingnya Mengelola Sampah
SETU - Founder Bank Sampah Jaya Danakirti, Helda Fachri, menjadi pembicara dalam kegiatan Lokakarya Pemilahan Sampah Plastik yang digelar oleh Moonzher Pecinta Alam (Moonpala) di SMAN 2 Kota Tangerang Selatan, Senin (29/4/2024).
Pada kesempatan tersebut, Helda mengingatkan kepada puluhan siswa yang menjadi peserta seminar, terkait pentingnya menjaga lingkungan dengan cara melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah.
“Hari ini materi tentang masalah kerusakan lingkungan, pentingnya pemilahan sampah, dan pengelolaan sampah. Sangat penting (untuk diketahui) karena kerusakan lingkungan makin ke sini makin tidak bisa teratasi,” kata Helda saat diwawancara.
Masalah soal lingkungan saat ini menurutnya juga sudah semakin sulit untuk diatasi. Bahkan, di beberapa negara juga sudah mulai menunjukkan peningkatan suhu akibat global warming.
“Sekarang kondisinya bukan global warming lagi, kita sudah selesai global warming. Tapi sudah masuk pada era global boiling, pendidihan global,” jelasnya.
Sementara itu di Indonesia, Helda menjelaskan bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan permasalahan tersebut masih sangat minim. Masih banyak orang yang tidak peduli terkait masalah tersebut, dan masih saja membuang sampah sembarangan atau menggunakan plastik sekali pakai.
Menurutnya, diperlukan kesadaran dari setiap orang untuk mulai memikirkan kembali aktivitas apa saja yang dapat merusak lingkungan, agar dapat mencegah atau tidak memperparah permasalahan lingkungan tersebut.
“Di Indonesia orang yang melakukan pemilahan sampah hanya 9 persen, selebihnya 72 persen tidak peduli. Maka sangat tepat untuk masuk ke sekolah-sekolah, karena dari situlah pendidikan merubah mindset orang, dan kemudian merubah perilaku,” ucap Helda.
Helda juga menjelaskan pentingnya konsep reuse, reduce, dan recycle. Namun, ia mengatakan recycle sampah merupakan opsi terakhir untuk mengatasi permasalah tersebut, lantaran berpotensi dapat menimbulkan masalah lingkungan lainnya.
“Segera hentikan untuk produk-produk sekali pakai. Kalau pemilahan dan recycle juga butuh energi yang luar biasa, bahkan bisa melakukan perusakan lingkungan kembali. Paling mudah melakukan pengurangan sampah, memakainya berulang kali, lalu opsi terakhir maka recycle,” lanjutnya.
Perjuangan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat ini juga tidak mudah, perlu dilakukan berulang kali agar menjadi sebuah kebiasaan yang membentuk karakter masyarakat.
“Harapannya melekat pada keseharian mereka (murid), jadi ilmu ini tidak lagi hanya dihafal diperbincangkan, tapi melekat pada perilaku mereka,” harapnya.
Pos Tangerang | 14 jam yang lalu
Nasional | 3 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu