IKN Kota Cerdas, 60 Persen Gen Z Siap Pindah Ke IKN
JAKARTA - Lembaga riset Byond merilis hasil surveinya mengenai perspektif generasi Z terhadap pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, di Kalimantan Timur. Hasilnya, 60 persen generasi Z mengaku siap pindah ke IKN. Mereka juga menganggap IKN sebagai kota cerdas.
Peluncuran hasil riset tersebut dipaparkan oleh CEO and Co-founder Byond, Zagy Yakana Berian, secara online, Jumat (9/8/2024). Acara yang dimoderatori oleh Puteri Indonesia Lingkungan 2018, Vania F Herlambang itu juga dihadiri oleh dua ASN Muda sebagai panelis; Ainun Fajri Yani dan Rizki Montheza.
Dalam paparannya, Zagy mengatakan, dari 60 persen generasi Z yang siap pindah ke IKN, 15 persen di antaranya Aparatur Sipil Negara (ASN).
"Karena mereka sudah memiliki pekerjaan di IKN dan melihat peluang bisnis dan karier," kata Zagy.
Sedangkan, 40 persen generasi Z lainnya ragu untuk pindah ke IKN karena adanya keterbatasan informasi. Menurut Zagy, guna meyakinkan mereka, Pemerintah perlu lebih banyak memberikan informasi mengenai prospek kehidupan di IKN. Terutama, mengenai peluang bisnis dan juga karier.
"Generasi Z ini memiliki peranan penting untuk bisa mendukung pembangunan IKN di masa depan nanti," ungkap Zagy.
Selain itu, dalam surveinya, Zagy bertanya, kepada 470 responden yang diklasifikan menjadi tiga karakter. Pertama, karakter IKA. Zagy bilang, IKA ini bertalian dengan generasi muda yang melihat IKN sebagai wilayah yang dapat menjamin peluang bisnis dan karier.
"IKA seorang pelopor yang mewakili 210 responden (45 persen dari total) yang bersedia pindah ke IKN untuk peluang hidup yang lebih menarik," jelas Zagy.
Kedua, karakter Nusa. Zagy menyebut, karakter ini merupakan generasi muda yang punya kewajiban untuk pindah di IKN. "Nusa seorang 'patriot' yang mewakili 70 responden (15 persen dari total) yang bersedia pindah ke IKN karena kewajiban pekerjaan, dan melihat peluang bisnis dan karier," sebutnya.
Terakhir, karakter Tara. Byond menyebut Tara sebagai kelompok generasi muda yang referensi hidupnya hanya mengikuti. "Tara itu seorang 'pengikut' yang mewakili 189 responden (40 persen dari total) yang belum bersedia pindah ke IKN karena alasan lain," kata Zagy.
Kendati demikian, diakui Pendiri Society of Renewable Energi (SRE) itu, generasi Z baru siap pindah ke IKN pada rentang waktu tahun 2030 hingga 2034. Sebab mereka ingin terlebih dulu melihat komitmen Pemerintah dalam melanjutkan pembangunan IKN yang lebih progresif.
"Sebanyak 35 persen generasi Z tertarik pindah saat pembangunan utilitas terintegrasi, kawasan industri, penguatan kota cerdas dan investasi," aku Zagy.
Itu artinya, kata dia, pada tahun tersebut generasi Z sudah menikah dan memiliki keluarga kecil. Karena itu, mereka butuh jaminan untuk memastikan kehidupan yang lebih bahagia. "Di usia segitu mereka sudah berada di jenjang medium kariernya, dan biasanya mereka membutuhkan fasilitas-fasilitas yang sudah ter-develop," beber Zagy.
Zagy juga memotret pandangan generasi Z terhadap pilar IKN. Pembangunan IKN mengusung tiga prinsip. Yakni kota hutan, kota cerdas, dan kota spons. "56 persen generasi Z menilai IKN adalah kota cerdas, 30 persen kota hutan, dan 14 persen kota spons," ucapnya.
Penilaian ini selaras dengan kehidupan sehari-hari dari generasi Z. Mereka memiliki perilaku serba instan. Mereka ingin berkegiatan dengan mudah sehingga membutuhkan dukungan teknologi. "Identitas generasi Z itu kan segala sesuatu dilakukan dengan teknologi, dan IKN mereka anggap sebagai smart city atau kota cerdas," sebut dia.
Selain itu, Byond juga menampung harapan generasi Z terhadap pembangunan proyek IKN. Dijelaskan Zagy, generasi Z berharap kepada Pemerintah agar mengedepankan enam aspek dalam membangun IKN. Yaitu kota yang unggul dalam daya saing global, Net Zero Carbon Emission dan 100 persen Renewable Energy, penguatan infrastruktur dan kawasan terintegrasi, pembangunan transformasi massal, pembangunan kawasan industri dan keberlanjutan, dan populasi penduduk stabil.
"53 persen generasi Z ingin IKN itu sebagai kota dengan energi rendah karbon. Karena tren sekarang sudah ada yang namanya perubahan iklim," tutur Zagy.
Pada kesempatan itu, Panelis yang juga ASN Muda, Ainun Fajri Yani mengamini, temuan Byond. Dia bilang, mayoritas ASN siap migrasi ke Ibu Kota baru. Tapi, asas sustainable harus dijunjung. “Jangan sampai kami pindah sekarang, kemudian tidak ada pembangunan setelahnya," sebut Ainun.
Ainun juga mengaku lebih memilih pindah ke IKN pada 2030. Dia yakin, di tahun tersebut pembangunan infrastruktur IKN hampir rampung. "Namun, pada dasarnya sebagian besar dari kami atau mungkin hampir semuanya itu sudah cukup siap untuk pindah demi menyambut IKN," pungkas dia.
Pada kesempatan ini, Byond juga menerima beberapa pertanyaan dari peserta online. Salah seorang peserta bernama Muhammad Diparesa yang menanyakan pandangan Zagy mengenai nasib penduduk lokal dengan adanya pembangunan IKN.
"Apakah Kak Zagy melihat adanya strategi yang efektif untuk memastikan bahwa pembangunan ini akan meningkatkan kesejahteraan semua lapisan masyarakat, terutama masyarakat lokal," tanya Diparesa.
Menurut Zagy, pembangunan IKN memang harus menyentuh semua kebutuhan stakeholders. Khususnya stakeholders dari penduduk lokal. Maka itu, Pemerintah harus mengetahui karakteristik penduduk Kalimantan.
"Jadi, Pemerintah itu perlu melibatkan generasi Z untuk menjembatani komunikasi atau pemberdayaan kepada masyarakat lokal, demi mewujudkan asas kesetaraan dari pembangunan IKN," pungkas Zagy.
Adapun survei ini dilakukan dengan metodologi kualitatif dan kuantitatif. Melibatkan 470 responden yang berusia 20-21 tahun dari gender laki-laki dan perempuan. Pengambilan data pada survei dilakukan dalam rentang waktu 3-5 Agustus 2024.
Untuk diketahui, berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2022 tentang Perincian Rencana Induk Ibu Kota Nusantara (IKN), dalam BAB VI disebutkan pembangunan IKN dibagi dalam lima tahapan.
Tahap I (2022-2024). Tahap ini merupakan pemindahan tahap awal. Tahap II (2025-2029) membangun IKN sebagai area inti yang tangguh.
Tahap III (2030-2034) melanjutkan pembangunan IKN dengan lebih progresif.
Tahap IV (2035-2039) membangun seluruh infrastruktur dan ekosistem tiga kota untuk percepatan pembangunan Kalimantan. Sedangkan, Tahap V (2040-2045) mengokohkan reputasi IKN sebagai kota dunia untuk semua.
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 6 jam yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu
Olahraga | 10 jam yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu