Semeru Masih Berstatus Awas, Selams 6 Jam Meletus 45 Kali
JAWA TIMUR - Tiga hari pasca meletus pada Rabu (19/11/2025), Gunung Semeru di perbatasan Lumajang dan Kabupaten Malang, Jawa Timur, masih berstatus awas. Dalam waktu 6 jam, Semeru masih terus erupsi hingga 45 kali. Salah satu letusannya, bahkan mencapai hingga 1.000 meter.
Di awal erupsi, awan panas mulai keluar dari kawah Semeru pukul 16.18 WIB, Rabu (19/11/2025). Badan Geologi pada pukul 17.25 WIB, menaikkan status Semeru menjadi Level IV atau Awas. Hingga Jumat (21/11/2025), Semeru tercatat mengalami gempa erupsi atau letusan sebanyak 45 kali. Gempa ini terjadi selama enam jam pada pukul 00.00-06.00 WIB.
"Berdasar pengamatan kegempaan, tercatat 45 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-22 mm, dan lama gempa 58-184 detik," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Rudra Wibowo dikutip dari Antara kemarin.
Selain erupsi, Semeru juga tercatat enam kali gempa guguran dengan amplitudo 2-4 mm dan lama gempa 40-74 detik. Kemudian delapan kali gempa hembusan dengan amplitudo 2-4 mm, dan lama gempa 34-69 detik.
"Semeru juga mengalami lima kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 4-8 mm, S-P 14-16 detik dan lama gempa 25-53 detik," tutur Rudra.
Pada Sabtu (22/11/2025), Pos Pengamatan Gunung Semeru kembali melaporkan getaran banjir lahar hujan yang terekam hampir selama dua jam, tepatnya antara pukul 12.00 hingga 18.00 WIB.
Rudra menjelaskan status Gunung Semeru masih pada Level IV atau Awas. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melarang warga tak boleh beraktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 20 km dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, warga tak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas serta aliran lahar.
Masyarakat juga dilarang beraktivitas dalam radius 8 kilometer dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar)," katanya.
Warga diminta waspada potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru. Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Fasilitas Umum Rusak
Erupsi Semeru yang menciptakan banjir lahar dingin menimbulkan kerusakan hebat. Selain korban luka, rumah warga dan fasilitas umum rusak berat.
Untuk korban luka, ada tiga. Yakni pasangan suami istri asal Kabupaten Kediri yang mengalami luka bakar di bagian lengan dan wajah usai menerobos Jembatan Gladak Perak saat awan panas melintas di bawahnya. Satu diketahui bernama Husen yang mengalami luka bakar saat hendak mengambil pakaian putranya di Dusun Sumbersari, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.
"Ketiganya tengah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Haryoto Lumajang," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Lumajang Agus Triono.
Sementara Kepala Desa Supiturang Nurul Yakin Pribadi mencatat lebih dari 200 rumah dan fasilitas umum di desanya, Kecamatan Pronojiwo rusak parah. Bahkan, sebagian di antaranya rata dengan tanah disapu material vulkanik.
Kerusakan ini tak hanya diakibatkan awan panas guguran, melainkan juga terjangan banjir lahar tiga hari terakhir. Kerusakan terparah berada di Dusun Gumukmas dan Dusun Sumbersari atau Blok Kamar A Desa Supiturang.
Ada tujuh musala, satu bangunan SD, dan satu TPQ rata tanag. Di sisi lain, 135 ekor kambing dan 4 ekor sapi milik warga juga mati. Sampai hari ini, tercatat ada 1.187 pengungsi yang terbagi di 11 lokasi pengungsian.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur, Ahmad Mustaqir mencatat, sebanyak 10 buah tiang patah dan hilang. "Gardu Distribusi kapasitas 100 KVA yang menyuplai 100 pelanggan juga terendam lahar erupsi Gunung Semeru," tuturnya.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansah berjanji menyegerakan perbaikan fasilitas sosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum) yang terdampak erupsi Semeru. Selain itu, Khofifah berjanji segera melakukan perbaikan instalasi listrik yang rusak akibat diterjang erupsi.
Pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum untuk dilakukan penyodetan di sepanjang aliran lahar Gunung Semeru. Ini untuk mengurangi risiko luberan saat banjir lahar, sehingga tak menuju permukiman warga.
"Kalau sodetan bisa segera dilakukan, diharapkan tidak terlalu berisiko tinggi ke permukiman," kata "Kita melakukan penyegeraan seoptimal mungkin," kata Khofifah di Jembatan Gladak Perak.
Di tengah Semeru yang berstatus awas, gunung api lainnya di berbagai wilayah Indonesia juga bergolak. Misalnya, Gunung Sangeang Api yang berada di Desa Sangiang, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi (PVMBG) menaikkan status gunung ini dari Level I (normal) menjadi Level II (waspada).
Sementara Gunung Merapi dan Lewotobi laki-laki berstatus siaga. Gunung Anak Krakatau, Awu, Banda Api, Bromo, Dempo, Dieng, Dukono, Gamalama, Ibu,Ili Lewotolok, Iya, Karangetang, Kerinci, Lokon, Marapi, Raung, Rinjani, Raung, Sinabung, Slamet, dan Soputan berstatus waspada.
Pakar Vulkanogi Surono mengakui ada fenomena baru dalam rangkaian erupsi Semeru terbaru. Diterangkan, gunung api sebelum meletus, biasanya ada tanda dan peningkatan kegiatan vulkanik, seperti kegempaan meningkat dari biasanya, dan volume gunung membesar. Selain itu, gunung semi terbuka seperti Semeru, letusannya bertambah banyak hingga tekanan meningkat.
"Biasanya akivitas vulkanis, gempa, tubuh gunung, temperatur, meningkat. Erupsi Semeru kemarin, ada awan panas dan meningkat tapi cepat," kata Surono saat berbincang dengan Redaksi.
Kata Surono, Semeru memang kerap memberikan sinyal aktivitas meningkat jika akan erupsi. Sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) akan memberikan peringatan bertingkat dari Waspada, naik ke Siaga, kemudian Awas.
Karena fenomena baru ini, peringatan Awas baru diumumkan setelah erupsi terjadi. Oleh karena itu, doktor bidang Geofisika Indonesia ini mengingatkan, fenomena ini menjadi peringatan untuk para peneliti.
"Memang alam itu seperti itu. Aktivitas gunung api tak harus sama dengan masa lalu. Karena punya ketidakpastian, tak ada pakem, kita yang harus menyesuaikan dengan alam. Ya harus diteliti dan dipantau ketidakpastian tanda-tandanya itu," pesan eks Kepala PVMBG itu.
Diingatkan kembali, fenomena Semeru teranyar ini harus menjadi catatan penting bagi mitigasi bencana. Khususunya dalam hal evakuasi warga.
"Supaya diketahui aktvitasnya secara dini, maka akan memberi peringatan dini secepat mungkin. Tujuannya agar masyarakat tahu secara cepat ancaman bahayanya. Tidak boleh naik, evakuasi, dan lainnya," paparnya.
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 19 jam yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu


