Dikeroyok, Banteng Nanduk
JAKARTA - Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Eriko Sotarduga santai melihat fenomena merapatnya mayoritas partai parlemen ke bakal Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto. Ibaratnya, banteng makin dikeroyok, makin nanduk.
“Justru kami bersyukur, bersyukur di keroyok. Makin dikeroyok, makin semangat. Mungkin karena lambangnya banteng, kalau dilukai diseruduk,” kelakar Eriko saat menjadi pembicara di Podcast Ngegas Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin. Podcast dipandu dua Redaktur Eksekutif Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Grup) Siswanto dan Ujang Sunda.
Untuk diketahui, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau KKIR, sebelumnya hanya didukung Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Kini bertambah dengan bergabungnya Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN). Sedangkan Partai Bulan Bintang (PBB), partai di luar parlemen, sudah lebih dulu merapat ke Prabowo.
Eriko mengaku, tidak ada rasa kecewa bagi partainya atas sikap Golkar dan PAN. Padahal, kedua partai itu sempat menjalin komunikasi yang intens dengan elite PDIP. Misalnya, lari pagi yang dilakukan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dengan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
“Tidak ada rasa kecewa, tadi baru ketemu Bu Ketum (Megawati Soekarnoputri), biasa saja,” akunya.
Justru, ketika jagoannya minim dukungan dari parpol lain, kader banteng semakin bersemangat meraih kemenangan. Hal itu dibuktikannya ketika dia memimpin pemenangan Pilgub Jawa Tengah untuk Ganjar Pranowo.
Dia ditarget meraup 1,6 juta suara di Solo Raya. Hasilnya, justru mencapai 1,9 juta suara.
“Mbak Puan juga ditarget, apalagi Eriko,” sebutnya.
Kita itu kaya banteng ketaton (istilah banteng terluka). Justru, kalau kami didukung semua, bisa terlena. Yang paling penting kerja sama dengan rakyat, ketok pintu,” ungkapnya.
Eriko juga menepis asumsi minimnya koalisi di kubu Ganjar sebagai mitra koalisi parpol Senayan, karena saluran komunikasi yang mampet. Justru, PDIP menjadi partai paling terbuka dengan menugaskan Hasto dan Puan Maharani sebagai mediator koalisi.
Melalui Hasto dan Puan, parpol bisa setiap saat berkomunikasi dengan PDIP. Keluwesan PDIP juga diungkap ketika dirinya menjadi legislator di Senayan. Tidak ada batasan baginya untuk berjuang.
“Kenapa menugaskan Mas Hasto dan Mba Puan, supaya akses itu tidak ada hambatan apa-apa,” katanya.
Pun, dengan istilah keputusan Cawapres ada di tangan Ketum Megawati Soekarnoputri.
Menilik dua kontestasi Pilpres lalu, justru memenuhi unsur musyawarah mufakat karena melibatkan pimpinan parpol koalisi. Mulai dari Ketua Umum Golkar Airlangga, Ketum PPP saat itu Romahurmuziy hingga Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
Soal merapatnya PAN dan Golkar ke kubu Prabowo, Eriko memang sempat berkomentar pada Juli 2023 ke awak media, akan ada tiga poros. Bisa menjadi empat poros dengan asumsi PAN dan Golkar maju sebagai kontestan.
“Yang menarik kita lihat sebulan ke depan, bisa dua poros. Menarik disimak. Tetap tiga atau dua,” katanya.
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Lifestyle | 19 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 14 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu