Isi Kuliah Kebangsaan Di UI
Ganjar Gelorakan Politik Melayani
DEPOK - Capres dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo mengisi kuliah kebangsaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), Depok, kemarin. Dalam acara yang dihadiri ribuan mahasiswa ini, Ganjar menyampaikan tiga fondasi penting yang harus segera dibangun menuju Indonesia Emas 2045. Tak kalah penting, Ganjar mengingatkan pentingnya seorang pemimpin yang selalu melayani dan tegas saat membuat kebijakan membela rakyat. Tidak abu-abu.
Visi mengenai masa depan Indonesia itu, disampaikan Ganjar dalam kuliah kebangsaan bertema “Hendak Ke Mana Indonesia Kita? Gagasan, Pengalaman dan Rancangan Para Pemimpin Masa Depan”. Acara digelar di Gedung Purnomo Prawiro, di lingkungan FISIP UI. Aula berkapasitas besar ini, penuh dengan para mahasiswa. Semua kursi terisi penuh. Peserta yang tak kebagian kursi rela duduk lesehan di belakang.
Ganjar tiba di lokasi sekitar pukul 8.45 pagi. Mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode itu, tampil rapi dengan kemeja putih garis-garis hitam, dan celana warna hitam. Kehadirannya disambut antusias mahasiswa yang sudah datang ke lokasi sejak pagi.
Acara diawali dengan penayangan video mengenai testimoni dan harapan para mahasiswa tentang masa depan Indonesia. Dalam video itu, mahasiswa mengungkapkan sejumlah pekerjaan rumah yang harus dilakukan seperti pemberantasan korupsi, pelayanan publik, dan sebagainya.
Setelah itu, Ganjar naik ke atas panggung untuk menyampaikan presentasinya. Mantan Anggota DPR ini, bicara tanpa teks. Mengawali pidatonya, Ganjar menyampaikan apresiasi kepada keluarga besar FISIP UI yang sudah mengundangnya hadir, termasuk kepada para dosen. Sosok capres berambut putih itu pun bercerita pengalamannya kepada para mahasiswa saat menimba ilmu S2 di FISIP UI. Ganjar bilang, jalani proses kuliah itu meskipun dosen-dosennya nyebelin karena sering kasih tugas dan pelit kasih nilai bagus, tapi berkat dosen yang nyebelin itu, ia akhirnya bisa berdiri dan diundang di sini.
Setelah itu, foto Ganjar ketika masih menjadi mahasiswa UI ditampilkan di layar. Kemudian, Ganjar bicara serius soal pekerjaan rumah yang harus dihadapi Indonesia. Kata dia, memang masih ada persoalan yang harus diselesaikan seperti pemberantasan korupsi, pelayanan publik, anggaran, dan sebagainya.
Namun, menurut dia, Indonesia saat ini sudah on the track. Hal itu terlihat bagaimana Indonesia punya pengaruh besar di ASEAN dan G20. Kata Ganjar, seorang pemimpin adalah yang bisa memberikan harapan. “Pemimpin harus memberikan optimisme. Data dan fakta yang sama bisa dibaca dengan optimisme,” ujarnya.
Ganjar lalu menyampaikan gagasan untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara maju. Kata dia, Indonesia memiliki banyak potensi untuk menjadi negara maju. Pertama, Indonesia bagian negara ASEAN yang berpotensi menjadi pusat mata rantai ekonomi global. Dalam forum G20, Indonesia pun dapat peran penting. “Artinya dalam peta global kita tidak terlalu buruk, sudah on the track, bagus,” kata Ganjar.
Potensi selanjutnya, kata Ganjar, adalah pada bonus demografi. Indonesia sedang mengalami pertumbuhan generasi produktif yang tinggi, yakni 44 persen kelas menengah dan 68 persen tenaga produktif yang didominasi anak muda. “Belajar dari pengalaman Jepang, Korea Selatan, dan China, negara tersebut mampu memaksimalkan sumber daya manusia bonus demografi, dan memaksimalkan pendidikan, memberi pekerjaan, maka bisa menjadi negara maju,” paparnya.
Potensi lain, lanjut Ganjar, adalah ekonomi digital Indonesia yang nilainya diproyeksikan bisa mencapai Rp5.400 triliun. Menurut dia, hal ini bisa mendorong kekuatan ekonomi Indonesia lebih maju bila digitalisasi dikelola secara maksimal. “Kalau kita mimpi naik, melompat dari ekonomi nomor 17 dunia menjadi nomor 4, itu seperti lari marathon. Harus sat-set,” kata Ganjar.
Ganjar menyatakan, untuk memaksimalkan seluruh potensi tersebut, terutama bonus demografi, dirinya akan melakukan transformasi pada enam pilar strategis, yakni: pangan, penegakan hukum, lingkungan, energi, digital, dan pendidikan dan keterampilan. Seluruh transformasi tersebut untuk mewujudkan generasi yang makmur, sehat, dan produktif.
Dari sisi kemakmuran, Ganjar menyatakan akan mewujudkannya dengan meningkatkan pendapatan perkapita 2 kali lipat dari hari ini dan memberi kesejahteraan kepada para pengajar serta peneliti. Selain itu menaikkan gaji atau pendapatan guru setara dengan pekerja profesional di perusahaan-perusahaan, Rp 30 juta. “Artinya, kalau pendidik sejahtera, para lulusan terbaik akan kembali ke institusinya, ke kampusnya, mengajari yang terbaik untuk para siswa dan mahasiswa,” sambungnya.
Lalu, dari sisi kesehatan, Ganjar menyatakan akan memperkuat fasilitas kesehatan rakyat dengan tiap desa memiliki satu puskesmas dan satu dokter. Bahkan, ia pun akan membangun kawasan industri kesehatan.
“Ada yang bilang, Pak Ganjar ini lompatannya jauh banget sampai kawasan industri kesehatan. Kalau kita mau punya ekosistem kesehatan yang kuat, ya itu caranya,” kata Ganjar.
Selain itu, Ganjar juga menyatakan untuk mewujudkan Indonesia Emas dalam kepemimpinannya nanti akan berpijak pada 3 pondasi, yakni: melipatgandakan anggaran, digitalisasi pemerintahan, dan membasmi korupsi.
Ketiga pondasi tersebut, kata Ganjar, diturunkan ke dalam 7 strategi, yakni membangun SDM produktif, stabilisasi harga bahan pokok, menghapus kemiskinan, memperkuat jaring pengaman sosial, hilirisasi industri kelas dunia, meningkatkan nilai tambah infrastruktur, dan mengembalikan alam Indonesia.
Ketujuh strategi tersebut kemudian dielaborasi dalam sesi tanya jawab. Ganjar pun menyebut kebijakan penguatan satu data dan digitalisasi pemerintahan menjadi solusi untuk memberantas korupsi. Sebab, dengan begitu akan terwujud pemerintahan yang kolaboratif dan transparan.
“Sehingga segala masukan dan keluhan masyarakat bisa dicatat dan diterima dengan baik,” kata Ganjar.
Ganjar lalu bicara soal Indonesia Emas 2045. Kata dia, ada tiga fondasi penting yang harus dibangun untuk menuju ke arah sana. Ketiga fondasi itu ialah, hilirisasi, transisi energi, dan memberantas korupsi. Ia juga memaparkan tujuh strategi yaitu membangun sumber daya manusia produktif, stabilisasi harga bahan pokok, menghapus kemiskinan dengan memperkuat jaring pengaman sosial, digitalisasi sistem pemerintahan dan mengembalikan alam Indonesia.
Menurut Ganjar, membangun SDM adalah bagaimana warga bisa sehat, bisa sekolah, dan bisa bekerja.
Nah, lanjut Ganjar, untuk membangun SDM yang unggul itu butuh guru yang berkualitas. Karena itu, ia kembali menyuarakan keinginannya untuk memuliakan dan mensejahterakan profesi guru dengan memberikan gaji yang layak. Ganjar yakin kenaikan gaji yang besar bisa tercapai secara bertahap.
Menurut Ganjar, mensejahterakan guru merupakan bagian dari investasi pendidikan untuk menyambut bonus demografi. Bonus demografi akan menjadi hal baik bagi Indonesia apabila didukung infrastruktur dan gurunya yang berkualitas dan sejahtera.
Ia mengaku prihatin lulusan-lulusan terbaik di kampus tak tertarik menjadi guru lantaran gajinya tak menarik. Lulusan terbaik lebih memilih jadi pegawai BUMN atau perusahaan asing.
“Menurut saya, ini bagian cara kita satu menghormati guru dan profesi ini menjadi sangat bergengsi, apalagi kita harus mengejar ketertinggalan,” cetusnya.
Kata Ganjar, semua hal ini harus dilakukan segera. “Harus cepat-cepat. Kalau tidak kita akan ketinggalan dengan yang lain,” kata Ganjar.
Yang tak kalah penting, lanjutnya, menjadi pemain global dengan melakukan hilirisasi. Namun, investasi ini akan berjalan lambat kalau masih ada korupsi. “Karena itu korupsi harus kita hajar. Kalau kita mau serius, penyakit ini harus kita basmi. Misalnya, memasukkan pendidikan antikorupsi sejak dini, dan membenahi regulasi dan peraturan,” paparnya.
Ganjar yakin persoalan korupsi ini bisa selesai. Berhasil tidaknya pemberantasan korupsi ini, lanjut dia, sangat tergantung pada pemimpin. Ia mencontohkan pengalamannya saat menjabat Gubernur Jawa Tengah. Kata dia, sistem bisa berjalan dan pemerintahan bebas korupsi bila aktornya punya komitmen untuk menjalankannya.
“Maka pemimpin harus memberikan optimisme, sat-set, gak pakai lama, itu yang saya bilang berbasis aktor,” kata Ganjar.
Di sesi tanya jawab, seorang mahasiswa berdiri dan memberikan pertanyaan cukup pedas kepada Ganjar. Mahasiswa bernama Naufal itu, meminta Ganjar menegaskan komitmennya membela rakyat, bukan partai. Naufal mengaku sebagai pengagum Ganjar. Namun, ia kecewa setelah Ganjar dicapreskan oleh PDIP dengan status sebagai petugas partai. Ia pun meminta komitmen Ganjar apakah akan terus membela rakyat, bukan menjadi petugas partai, jika kelak terpilih jadi presiden nanti.
Apakah Bapak petugas partai atau petugas rakyat?” tanya Naufal, yang disambut tepuk tangan hadirin.
Mendapat pertanyaan tersebut, Ganjar menjawab dengan santai. “Kalau Anda tahu rekam jejak saya atau anda cari di Google di media, anda tak akan khawatir,” kata Ganjar.
Ganjar menegaskan dirinya memang kader PDIP. Namun, seorang presiden bukan kader partai. Gubernur juga bukan. Karena itu, saat menjabat sebagai gubernur, tugasnya adalah melayani rakyat. Bukan melayani partai.
“Jadi, kita bisa membedakan ketika sudah berada di jabatan, maka kalau anda research tentang saya apa yang saya lakukan, adakah kemudian saya berpihak hanya pada partai saya? Mungkin nyaris anda tidak akan menemukan,” tegasnya.
Untuk memberikan pencerahan, Ganjar pun memberikan dua buku karyanya kepada mahasiswa tersebut. Ia berharap, buku tersebut bisa membuang keraguan penanya terhadap Ganjar sebagai petugas partai.
“Saya minta kamu lihat 10 tahun saya (menjabat Gubernur Jateng), 10 tahun bukan waktu pendek, dan 10 tahun itu artinya saya terpilih dua kali,” ujarnya.
“Agar kelak nanti kamu bisa menentukan pilihan dengan objektif. Siapa yang kamu pilih, tidak harus Ganjar. Jangan tergesa-gesa milih Ganjar, anda cek dulu, anda pastikan, anda yakin nggak dengan saya,” ucapnya.
Kata dia, buku tersebut menjelaskan apa yang dilakukannya. Judul bukunya Hitam Putih Ganjar. “Hitam putih artinya memang saya nggak pernah abu-abu. Itu yang kamu akan lihat nanti apa keputusan-keputusan ketika kita harus berada pada jabatan publik,” tuntasnya.
Materi kuliah Ganjar ini mendapat sambutan positif dari para mahasiswa. Zhafirah Farsya, mahasiswa Komunikasi FISIP UI mengaku senang melihat gaya komunikasi Ganjar. Luwes saat bicara dan berbobot soal materi. “Saya pikir ini akan membuat citra Pak Ganjar semakin baik di tahun politik ini. Saya melihat isinya sudah cukup menjawab berbagai hal yang menjadi kekhawatiran mahasiswa,” kata Zhafirah.
Senada disampaikan Muhammad Al Qowiyy, mahasiswa Matematika FMIPA UI, angkatan 2023. Sebagai mahasiswa baru, Qowiyy mengaku sejak lama mengagumi Ganjar. Menurut dia, kepemimpinan Ganjar di Jateng sudah terlihat baik dalam memberantas korupsi dan juga menurunkan angka kemiskinan. “Strategi Pak Ganjar memanfaatkan bonus demografi juga terlihat bisa dilakukan,” ujar ya.
Tabina, S1 Ilmu Politik, angkatan 2021 ikut memberikan acungan jempol. Ia menyoroti tentang bagaimana menyambut Indonesia Emas dalam segi kesehatan, pintar, dan bekerja. Menurut dia, isu soal kesehatan mental itu sangat relevan bagi generasi Z seusianya. Karena perbincangan soal sandwich generation, kekhawatiran tidak bisa bekerja karena bersaing dengan robot, itu menjadi topik relevan di generasi Z. “Topik ini jarang dibahas padahal bagi kami ini hal yang penting,” pungkasnya.
Lifestyle | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
TangselCity | 23 jam yang lalu