TangselCity

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Dibutuhkan Sinergitas untuk Selesaikan Masalah Sampah di Labuan

Warga Gagas Gerakan Labuan Bebas Sampah

Oleh: Ari Supriadi
Senin, 03 Oktober 2022 | 10:49 WIB
Acara diskusi grup diskusi terfokus dengan Tema ‘Sinergi Menuju Labuan Bebas Sampah’, di DM Café & Resto Labuan, Sabtu (1/10/2022).(Istimewa)
Acara diskusi grup diskusi terfokus dengan Tema ‘Sinergi Menuju Labuan Bebas Sampah’, di DM Café & Resto Labuan, Sabtu (1/10/2022).(Istimewa)

PANDEGLANG - Penanganan sampah di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, membutuhkan kesadaran dan peran semua lapisan. Sebab, sejak lama sampah menjadi masalah lingkungan yang klasik di Labuan. Terlebih Kecamatan Labuan merupakan  daerah perkotaan yang tingkat intensitas buangan sampahnya paling tinggi.

“Sayangnya, isu sampah plastik ini belum menjadi isu yang populis. Isu ini belum menjadi mainstream di kalangan pembuat kebijakan. Pemerintah daerah belum sepenuhnya menganggap isu ini seksi. Padahal, kalau ini tidak kita garap bersama-sama, maka hal yang sangat mengerikan akan terjadi tidak hanya dalam waktu yang panjang ke depan tetapi juga dalam waktu yang tidak terlalu lama,” kata Inisiator Tadarus Sosial, Eko Supriatno, dalam acara diskusi grup diskusi terfokus dengan Tema ‘Sinergi Menuju Labuan Bebas Sampah’, di DM Café & Resto Labuan, Sabtu (1/10/2022).

Pemantik diskusi Huluful Fahmi dari Founder Rumah Peradaban Banten mengatakan, sampah merupakan masalah lingkungan yang klasik di Labuan, terutama Labuan adalah daerah perkotaan yang tingkat intensitas buangan sampahnya paling tinggi.

“Persoalan sampah Labuan akan menjadi bom waktu, meledak menjadi bencana apabila terus dibiarkan. Sebagai wujud untuk terus berkomitmen makanya perlunya sebuah gerakan dengan tema Permasalahan dan Solusi Pengelolaan Sampah Labuan. Karena, masalah sampah ini harus diselesaikan dari hulu ke hilir, tidak hanya bergantung ke pemerintah, tetapi masyarakat harus mampu berkomitmen untuk merubah budaya yang sudah ada.  Sehingga kota Labuan yang kita cintai ini bukan hanya maju, tapi juga bisa bersahabat dengan alam dan lingkungan,” ujar Fahmi.

Menurut dia, dibutuhkan kolaborasi dan sinergi bersama untuk mengubah sampah menjadi “cuan”. Selain itu dibutuhkan juga edukasi kepada masyarakat terkait cara mengolah sampah yang bijak.

"Perlu inovasi melakukan edukasi kepada masyarakat melalui media sosial resmi terkait langkah-langkah penggunaan dan penukaran imbalan. Memberikan pemahaman baru kepada masyarakat bahwa tumpukan sampah plastik pasca konsumsi dapat dimanfaatkan kembali dan ditukar menjadi cuan yang bernilai ekonomi,” ujarnya.

Pemantik diskusi Lukman Nulhakim, mengatakan persoalan sampah di Labuan bukan hanya soal gagasan tetapi juga harus aksi dan eksekusi.

Menurut dia, ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah tersebut. "Pertama harus kendalikan sebanyak beberapa sungai yang melewati wilayah Labuan," kata Lukman.

Dia mencontohkan, bahwa sungai sebaiknya jangan lagi dijadikan tempat untuk membuang sampah oleh masyarakat. Intinya, kata dia, jangan ada sampah baik organik maupun plastik yang masuk ke sungai.

Kedua adalah dengan mengintensifkan program pelarangan plastik sebagai alat untuk membawa barang. Kalaupun terpaksapara pengguna diwajibkan harus membayar.

"Namun harus ada program dari pemerintah juga, yang memberikan insentif kepada orang bahwa siapapun yang mengembalikan sampah plastik," kata Lukman.

Sedangkan yang terakhir adalah pengendalian sampah juga bisa dilakukan lewat pembuatan waduk lepas pantai. Nantinya waduk ini bisa mencegah pencemaran sampah terutama di level hilir.

Sebab selama ini penanganan sampah di Banten terkhusus Labuan seringkali hanya mengandalkan pengerukan dan pembersihan sampah di bagian hilir dibandingkan hulu. Dengan membuat waduk ini, kata Lukman, nantinya juga bisa dimanfaatkan untuk mencegah terjadinya banjir rob di Labuan.

Sementara, Fikri Jufri Founder Rehabilitasi Pandeglang mengatakan bahwa polemik sampah di kabupaten Pandeglang rupanya sudah menjadi permasalahan yang alot. Ternyata sebanyak ratusan ton sampah per harinya tidak terangkut ke tempat pembuangan khusus yang disiapkan pemerintah. Total sampah di Pandeglang itu bisa mencapai hampir ratusan ton per hari.

Sementara yang bisa dikelola hanya beberapa ton, berarti yang Ratusan ton ini tidak terangkut ke tempat pembuangan sampah. Ratusan ton sampah yang tak terangkut itu bisa saja selama ini mengendap di aliran sungai hingga ke wilayah pantai. Mengingat, kesadaran masyarakat Pandeglang masih rendah untuk sama-sama menjaga lingkungannya dari sampah tersebut.

“Belum lagi, di sekitaran Labuan hanya memiliki satu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang berlokasi di Desa Bojongcanar. Sementara, fungsi TPA tersebut juga belum maksimal karena jauh untuk memenuhi standar tempat pembuangan sampah. Di sisi lain, jumlah sarana prasarana dan belum tepatnya pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), serta permasalahan terkait dasar hukum, institusi pengelola sampah, teknik dan biaya, membuat problema sampah Labuan makin serius,” ujar Fikri.(rie)

Komentar:
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo