Calon Presiden KIB Dan KIR Manut Sama Jokowi Aja Deh
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi meyakini kemungkinan meleburnya Koalisi Indonesia Bersatu dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Siapa jagoannya, Viva optimis, bisa dimusyawarahkan seluruh pimpinan partai.
“Figur yang menjadi pasangan calon adalah hasil dari keputusan dan kompromi seluruh partai politik,” ujar Viva kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group) kemarin.
Pernyataan ini merupakan optimisme seusai pertemuan lima ketum partai bersama Presiden Joko Widodo di acara silaturahmi yang digelar di Markas PAN, Jakarta, kemarin.
Viva tidak menampik, semakin banyak partai di dalam koalisi maka dinamika politiknya semakin tinggi. Termasuk, soal penentuan siapa jagoan di Pilpres 2024. Setiap partai, tentu memiliki jagoan masing-masing. Terlebih, lima partai ini masuk kategori menengah ke atas.
Alumnus Universitas Udayana ini meyakini, seandainya koalisi besar ini terbentuk, maka sistem musyawarah bisa dilakukan. Tentunya, berbasis kepemimpinan terbaik. Seperti terukur keunggulannya untuk menang secara akseptabilitas, popularitas,dan elektabilitas.
“Tentu, figurnya memiliki peluangmenang di pilpres,” katanya.
Bagaimana peluang koalisi besar bisa terwujud? Sebab, masing-masing koalisi punya ego besar. Pasalnya, masing-masing ketua umum pasti mau yang dicalonkan sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden (capres-cawapres).
“Khususnya Partai Gerindra dengan Prabowonya, Airlangga dengan Golkarnya yang saranya besar, dan jangan lupa Muhaimin Iskandar yang masih ngebet. Egonya besar,” ungkap Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin kepada Rakyat Merdeka (Tangsel Pos Group) kemarin.
Oleh karena itu, mau tak mau harus ada king maker-nya. Maka satu-satunya jalan, para ketua umum partai legowo menyerahkan kepada Jokowi untuk menentukan pasangan capres-cawapres.
“Memang harus Jokowi yang menentukan. Dia endorse koalisi sekaligus capres dan cawapres,” ungkapnya.
Menurutnya, koalisi besar ini untuk menghadapi Koalisi Perubahan yang mengusung capres Anies Baswedan. Selain itu, juga sebagai sinyal kepada PDI Perjuangan yang hingga kini belum juga menentukan koalisi apalagi capres untuk Pilpres 2024.
“Kemarin kan PDI Perjuangan tidak hadir. Mungkin sinyal tak mau gabung karena memang bisa sendiri. Jadi gerbong besar ini untuk melawan NasDem Cs dan mungkin PDI Perjuangan,” tambahnya.
Lantas siapa, capres dan cawapres yang paling berpeluang diusung koalisi besar ini? Kata Ujang, jelas Jokowi akan mengajukan nama Prabowo Subianto sebagai capres. Salah satu pertimbangannya, Prabowo memiliki elektabilitas paling tinggi.
“Cawapresnya siapa? Bisa ketua umum yang lainnya. Tetapi juga bisa dorong tokoh eksternal yang popularitasnya sedang tinggi. Supaya tidak ada iri antar ketum partai,” tuturnya.
Sebelumnya, Jokowi menggelar pertemuan dengan dua poros koalisi yakni Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Pertemuan dihadiri pemimpin partai koalisi yakni Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Plt Ketua Umum PPP Muhammad Mardiono di Kantor DPP PAN, di Jakarta Selatan (Jaksel), Minggu (2/4).
Sementara itu, Wakil Ketua Umum PKB, Jazilul Fawaid merasa belum ada kepentingan membentuk koalisi besar. Dia menegaskan, sejauh ini PKB masih komitmen membangun koalisi dengan Gerindra lewat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
"Sampai saat ini PKB masih komitmen dengan piagam yang ditandatangani bersama Gerindra,” tutur pria yang akrab disapa Gus Jazil ini.
Sedangkan PPP menilai, pembentukan koalisi besar tergantung peta politik di lapangan. Kondisi saat ini masih dinamis.
“Pertemuan biasa untuk perbaikan demokrasi ke depan. Apakah KIB dan KKIR melebur, nanti kita lihat perkembangan,” sebut Ketua DPP PPP, Achmad Baidowi.
Serupa, Ketua DPP Partai Golkar, Dave Akbarshah Fikarno Laksono menegaskan, partainya sampai saat ini menjagokan Airlangga sebagai capres 2024. Airlangga lah yang akan disodorkan sebagai capres baik di KIB maupun koalisi besar.
“Golkar memang secara institusi dan tegas sudah putuskan capresnya Pak Airlangga Hartarto,” ungkap Dave dalam pesannya.
Dalam pertemuan, Jokowi menegaskan keputusan akhir ada di tangan ketua umum partai politik.
"Saya hanya bilang cocok. Terserah kepada ketua-ketua partai atau gabungan ketua partai,” kata Jokowi. rm.id
Olahraga | 1 hari yang lalu
Pos Tangerang | 8 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Galeri | 18 jam yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 2 hari yang lalu