Warga Gaza Rayakan Idul Adha Dengan Perut Lapar

GAZA - Perayaan Idul Adha di Jalur Gaza, dipenuhi kesedihan. Tidak ada hewan yang akan disembelih. Hampir semua domba, sapi dan kambing lokal di wilayah itu mati setelah 20 bulan dibombardir militer Israel. Warga Gaza merayakan Idul Adha dengan perut lapar.
Tidak ada daging segar yang bisa masuk Jalur Gaza, Palestina, dalam tiga bulan terakhir ini. Israel telah memblokir pengiriman makanan dan bantuan lainnya untuk menekan Hamas agar membebaskan para sandera yang ditawan dalam serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang.
Idul Adha memperingati peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim bersedia mengorbankan putranya Ismail sebagai wujud kepatuhan terhadap Allah. Sebelum Ibrahim mengorbankan putranya, Allah menggantikan Ismail dengan domba. Untuk memperingati kejadian ini, hewan ternak disembelih sebagai kurban setiap tahun.
Perempuan pengungsi Palestina dari Rafah, Karima Nejelli mengatakan, warga Gaza kembali merayakan hari raya Islam dalam suasana perang.
Selama empat hari raya ini, kami sebagai warga Palestina tidak melihat kegembiraan apa pun. Tidak ada kurban, tidak ada kue, tidak ada baju baru atau apa pun,” kenang Karima kepada Arab News, Jumat (6/6/2025).
Idul Fitri dan Idul Adha di Gaza memang berlangsung dalam suasana perang. Sebagian ternak kecil yang tersisa dijual di kandang darurat yang didirikan di kamp Muwasi di bagian selatan pantai Mediterania Gaza. Namun, tidak ada yang mampu membeli.
Beberapa orang hanya datang untuk melihat domba dan kambing, bersama dengan seekor sapi dan seekor unta. Sejumlah bocah main-main tertawa melihat hewan-hewan itu.
“Saya bahkan tidak mampu membeli roti. Tidak ada daging, tidak ada sayur. Semua harga bahan makanan selangit,” ujar Abdel Rahman Madi yang tinggal di kamp pengungsian dekat Rafah.
Di pasar jalanan di kota terdekat Khan Younis, beberapa kios menjual mainan domba dan pernak-pernik hari raya serta pakaian lama. Namun, kebanyakan orang pergi tanpa membeli hadiah apa pun setelah melihat harganya.
“Idul Adha sebelumnya, anak-anak senang, sekarang dengan blokade, tidak ada tepung, tidak ada pakaian, tidak ada kegembiraan,” curhat Hala Abu Nqeira yang sedang melihat-lihat pasar dengan anak-anaknya.
Dia juga mengeluhkan harga bahan makanan yang tidak masuk akal. Genosida Israel hampir sepenuhnya menghancurkan kemampuan Gaza untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.
Rasha Abu Souleyma, yang baru-baru ini kembali ke rumahnya di Rafah setelah mengungsi dari Khan Younis, sengaja mencari beberapa pakaian, kacamata plastik berwarna merah muda dan gelang yang bisa dia berikan kepada kedua putrinya.
Saya biasanya membawa daging saat Idul Adha agar keluarga senang, tetapi sekarang kami tidak bisa membawa daging. Saya tidak bisa memberi makan anak-anak saya,” keluh Souleyma.
Menurut survei lahan yang diterbitkan pekan ini oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), 96 persen ternak dan 99 persen unggas mati. Lebih dari 95 persen lahan pertanian Gaza sebelum perang tidak dapat digunakan, rusak parah atau tidak dapat diakses di dalam zona militer Israel.
Israel sempat melonggarkan blokade dua minggu lalu untuk mengizinkan beberapa truk bantuan pangan PBB masuk. Namun, PBB mengatakan, pihaknya kesulitan mengirimkan sebagian besar bantuan yang masuk karena penjarahan atau pembatasan militer Israel.
Hampir seluruh populasi yang berjumlah lebih dari 2 juta orang Palestina di Gaza telah diusir dari rumah mereka. Sebagian besar harus pindah beberapa kali untuk menghindari serangan Israel.
Olahraga | 19 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Pos Tangerang | 2 hari yang lalu
Nasional | 18 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu