Ternyata, Mayoritas Massa PDIP Ingin Pemilu Terbuka
JAKARTA - Mayoritas pemilih Indonesia menginginkan Pemilu 2024 memakai sistem proporsional terbuka. Termasuk, konstituen dari PDI Perjuangan. Padahal, partai berlogo Banteng Moncong Putih itu sedang getol mengusulkan sistem proporsional tertutup.
Hal ini diketahui dari hasil survei Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia (IPI) teranyar.
“Mayoritas warga ingin memilih partai dan calon anggota DPR dilakukan secara langsung oleh warga, sebanyak 80.6 persen,” kata Direktur Eksekutif IPI, Burhanuddin Muhtadi saat rilis hasil Survei Nasional yang dihadiri sejumlah narasumber para pemimpin media, salah satunya, CEO Rakyat Merdeka Group, Kiki Iswara Darmayana, di Jakarta, kemarin.
Sementara warga yang lebih menginginkan memilih partai dan calon anggota DPR ditentukan pemimpin partai, bukan oleh pemilih secara langsung, hanya 11.9 persen.
Bahkan, kata Burhan, konstituen PDI Perjuangan, partai yang mendukung sistem Pemilu tertutup, mayoritas menginginkan proporsional terbuka.
“Yang menginginkan Pemilu sistem proporsional tertutup sangat minoritas, alias rendah. Bahkan pemilih PDI Perjuangan mayoritas ingin memilih caleg langsung, atau terbuka,” tambahnya.
Survei IPI diakukan pada Februari dan Maret terhadap responden yang berusia 17 tahun ke atas.
Survei menggunakan multistage random sampling. Survei Februari, terdapat 1.200 responden yang diwawancarai. Margin of error survei pada medio ini diklaim 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Sementara, survei bulan Maret dilakukan terhadap 800 responden dengan margin of error 3,5 persen.
Diketahui, PDI Perjuangan satu-satunya parpol yang mendukung sistem Pemilu tertutup. Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menegaskan, partainya punya alasan sangat kuat dan mendasar mendukung sistem proporsional tertutup.
Dikatakan, dalam sistem proporsional terbuka, yang dikejar adalah populisme. Kepemimpinan substansial bagi masa depan bangsa cenderung diabaikan.
"Sistem proporsional terbuka, populisme itu kan digerakkan pada personifikasi, sehingga pada kebijakan-kebijakan yang sifatnya populis dengan memperbesar belanja sosial untuk mendapatkan efek elektoral,” kata Hasto, belum lama ini.
Dampak buruk sistem proporsional terbuka mengedepankan demokrasi elektoral yang individualis dan berbasis kekuatan popularitas dan modal. Sedangkan dalam sistem proporsional tertutup, dikedepankan kualitas kepemimpinan.
"Sistem proporsional tertutup sesuai dengan sistem politik berdasarkan strategi culture Indonesia,” tuturnya.
Dalam survei nasional terbarunya, selain tentu menyigi elektabilitas tokoh yang masuk capres-cawapres 2024, Indikator juga merekam persepsi publik terhadap isu mutakhir.
Selain sistem Pemilu, lebih dari 70 persen warga tidak setuju jika masa jabatan kepala desa diperpanjang menjadi 9 tahun, dari sebelumnya yang hanya 6 tahun.
Mayoritas warga juga tidak setuju jika ongkos ibadah haji dinaikkan, 85.6 persen. Sedangkan soal isu perombakan kabinet, mayoritas warga setuju jika Presiden Jokowi harus melakukan perombakan kabinet, angkanya sekita 54.5 persen.
Dalam kesempatan itu, CEO Rakyat Merdeka, Kiki Iswara Darmayana mengungkapkan, saat ini fluktuasi dukungan pemilih masih terjadi. Pemilih masih ragu dan bertanya-tanya, apakah sosok ini akan berlaga atau tidak di Pemilu 2024.
Kiki Iswara mengulas berbagai isu yang dipaparkan Burhan.
Seperti endorsment yang spektakuler dari Jokowi kepada Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
“Artinya tingkat kepuasan kepada Jokowi yang selalu di atas 70 persen, menjadikannya king maker. Yang akan menentukan kemenangan. Prabowo dan Ganjar akan memperebutkan dukungan Jokowi dan pendukungnya,” kata Kiki Iswara.
Dia juga memaparkan soal hasil survei terkait cawapres potensial, seperti meningkatnya elektabilitas Erick Thohir dengan signifikan. Termasuk, soal perilaku dan informasi pemilih milenial terhadap sejumlah tokoh yang masuk dalam bursa Pilpres 2024.
“Sekarang ini, medsos yang kuat ke Ganjar Pranowo dan Erick Thohir. Kami beberapa waktu lalu ada program keliling ke SMA-SMA. Ternyata, Gen Z dengan milenial ini tahu keduanya dengan baik. Khususnya, Erick setelah jadi Ketua Umum PSSI,” tuturnya. rm.id
Olahraga | 19 jam yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
TangselCity | 2 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu