Pendaftaran SPMB Hari Pertama, Titik Koordinat Mental ke Laut Hingga Afrika
Orang Tua Datangi Posko Pengaduan SPMB

SERPONG - Tahap pendaftaran Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) dimulai. Pada hari pertama pendaftaran, Selasa (24/6/2025), sejumlah orang tua terlihat berbondong-bondong mendatangi Posko Pengaduan SPMB yang berlokasi di SPMN 11 Kota Tangerang Selatan (Tangsel) di Kecamatan Serpong.
Kedatangan para orang tua murid ini bervariasi, ada yang hanya sekadar menanyakan informasi dan cara melakukan pendaftaran, hingga mengadukan sejumlah kendala yang dihadapi dalam proses pendaftaran sekolah buah hatinya.
Meski tak ada kendala yang berarti, namun ada satu persoalan unik yang dihadapi oleh orang tua yaitu berkaitan dengan titik koordinat rumah yang wajib diisi oleh calon siswa saat tahap pra-SPMB sejak 4 Juni lalu. Kendala itu, salah satunya dialami oleh warga Kedaung, Dian.
Dijumpai di Posko Pengaduan SPMB, Dian menceritakan, kesalahan titik koordinat yang dialaminya ini baru diketahui olehnya saat hendak melakukan pendaftaran.
Berdasarkan sistem, dirinya tak masuk dalam jarak penerimaan sekolah. Padahal, antara rumah dan SMPN 23 yang dipilihnya, hanya berjarak kurang lebih 600 meter.
Namun setelah diperbesar, ia justru terkejut. Titik koordinat rumah yang terdaftar dalam sistem SPMB, berada di tengah laut.
"Jadi waktu saat memasukkan koordinat, kita pikir kan dengan kita ngetikin alamat segala macam tuh udah secara otomatis dong. Nah ternyata itu harus di-zoom kan, kita pikir udah oke kan, udah langsung terverifikasi dari operator sekolah. Nah hari ini kan pendaftaran. Saya masuk klaster pertama, harusnya saya 600 meter kan bisa di klaster 1 dong. Kita bingung dong gimana, akhirnya saya ke sekolah tujuan. Saat dicek sama operator sekolah itu ternyata itu koordinat saya di laut. Kan kita bingung kan," ungkap Dian.
Atas kendala yang dihadapinya itu, Dian diarahkan dan segera datang ke posko pengaduan.
"Harusnya saya bisa masuk. Rugi dong, harusnya kita masuk di klaster 1. Maksudnya kenapa diverifikasi gitu loh. Kalau sudah diverifikasi gitu kan kita tenang dong, kita pikir udah terverifikasi udah oke. Nah karena kalau titik koordinatnya salah itu jadi masuknya mental ke laut. Itu jadi lebih seratus seribu kilometer tadi loh," tutur Dian.
Setelah mengadukan persoalannya di Posko Pengaduan SPMB, Dian akhirnya diberi solusi. Ia harus membuat surat pernyataan, setelah itu diarahkan untuk mengubahnya ke Diskominfo.
"Jadi harus ke Kominfo, kalau kata si bapak tadi tuh, jadi harus ke Kominfo diubah. Jadi kita harus bikin surat pernyataan, kesalahan penitikan dengan materai jadi harus penolakan dulu jadi data kita harus kita tolak, jadi baru kita bisa bikin lagi daftar baru. Nanti diperbarui di Kominfo Jadi nanti kita nunggu penolakan dulu. Kita sudah bikin surat pernyataan dengan materai," jelasnya.
Bukan hanya Dian saja, persoalan itu juga dialami oleh Anton, salah orang tua calon siswa lainnya. Parahnya dalam sistem pendaftaran, rumahnya terpental hingga ke Afrika.
Menurut Anton, kesalahan titik koordinat terjadi saat dirinya memasukan data buah hatinya. Terutama dalam kolom alamat yang harus menyertakan titik lokasi rumah.
"Ya kan ketika input alamat, saya ketik alamat sesuai dengan RT RW dan kecamatan terus ketika start masukin alamat masuk, masukin titik koordinat," kata Anton.
Namun sayangnya, saat menentukan titik koordinat ia tidak memperbesar maps yang memuat lokasi rumahnya. Ia mengakui, terbiasa memasukan alamat di dalam aplikasi ojek online yang biasa hanya sekali klik saja.
"Justru saya kebiasaan Gojek. Saya gak zoom lagi, saya kira saya sudah otomatis. Saya klik langsung ternyata melesat titiknya. Rumah saya ke sekolahannanya titiknya ada di Afika. Padahal jarak rumah saya hanya 200 meter," terangnya.
Menanggapi persoalan itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Tangsel, Deden Deni memastikan, persoalan tersebut akan segera diselesaikan.
Menurut Deden, belum ada permasalahan yang signifikan mengganggu secara teknis pendaftaran. Keluhan yang hadir masih berkisar pada persoalan ketidakpahaman dan kekeliruan saat melakukan pendaftaran
"Silakan kalau ada yang ngerasa kebingungan, awam, masalah aplikasi gitu silakan ke posko pengaduan. Pasti akan kita dampingi," ucap Deden.
Selebihnya, Deden memastikan, tidak ada permasalahan serius yang ditemui di hari pertama pendaftaran SPMB ini.
"Saya kira yang lain-lain sih gak ada masalah, kayak jaringan gak ada masalah, lebih ke itu aja, ketidakpahaman, ketidakpahaman, ketelitian. Kalau dia kebingungan ya silakan dia ke sini, dari pada nanti salah misalnya nitikin tempat tinggalnya. Kalau bingung ya konsultasi aja ke sini ke posko pengaduan," ujar Deden.
Sementara di lokasi yang sama, Kasi Peserta Didik SMP Dindikbud Tangsel, Muhamad Nur memberikan tanggapannya.
Seluruh keluhan, kata Nur, akan ditampung dan langsung difasilitasi oleh Tim Panitia SPMB. Posko Pengaduan SPMB ini pun sudah bersiaga sejak sekitar dua pekan lalu.
Sementara untuk hari ini saja, terdapat sekitar 20 masyarakat yang datang ke Posko Pengaduan SPMB tersebut.
Mayoritas, kata Nur, banyak masyarakat yang datang hanya untuk sekadar bertanya cara melakukan pendaftaran yang benar.
"Hari ini, karena kan posko ini dibuka bukan hari ini saja, dari dua minggu sebelumnya sudah. Alhamdulillah aduan tidak terlalu banyak, masih terbilang sedikit. Hari ini sekitar 20-an," kata Nur.
Menurut Nur, kesalahan titik koordinat ini masih menjadi persoalan yang minor. Sejauh ini, baru ada tiga kasus serupa. Rata-rata mereka yang mengalami, juga disebabkan karena kurangnya ketelitian dan ketidaktahuan.
"Itu kan kesalahan sebenarnya bukan ada di kita, bukan juga ada di orang tua. Artinya ketika mungkin orang tua, tadi ada yang saya tanya, 'Bu, kenapa?' Dia menjawab 'Saya nggak tahu, Pak. Tahu-tahu saya klik aja, Pak. Kok saya ada di laut ini'," jelasnya.
Atas persoalan itu, ia memastikan akan membantu dan memfasilitasi semua persoalan yang dihadapi oleh para calon siswa.
"Nah, itu kan dia juga tetap punya hak untuk mendaftar. Kalau memang kejadiannya seperti itu, maka kita ada permohonan reset. Kita fasilitasi, karena dia punya hak untuk mengikuti kita fasilitasi. Kasus serupa baru tiga orang, tadi ada yang di laut, di Antartika, sama di Afrika. Solusinya dia membuktikan alamat sebenarnya, kita cek, lalu dia membuat permohonan reset yang harus ditandatangani materai karena salah penitikan. Nanti kita arahkan ke Kominfo. Maka dia boleh untuk melakukan penitikan ulang. Setelah penitikan ulang, dia bisa daftar lagi melalui online," pungkasnya.(*)
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Olahraga | 2 hari yang lalu
Nasional | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 1 hari yang lalu
Pos Banten | 21 jam yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu
Galeri | 1 hari yang lalu
TangselCity | 1 hari yang lalu
Nasional | 2 hari yang lalu